Jumat, 01 November 2013

Protein Cegah Penyebaran Kanker


Sebuah protein yang mampu menghentikan penyebaran sel-sel kanker payudara bisa mengarah pada terapi untuk mencegah atau membatasi penyebaran penyakit.

"Para peneliti kanker ingin merancang strategi terapi baru di mana metastasis atau tahap penyebaran kanker dapat diblokir," jelas Andrew Craig, peneliti utama dan profesor di Queen's Department of Biochemistry and Cancer Research Institute. "Pasien memiliki kesempatan yang lebih baik untuk bertahan hidup jika kanker primer adalah satu-satunya kanker yang perlu diobati."
Protein yang diidentifikasi oleh tim Dr Craig tersebut menghambat penyebaran sel kanker dengan menghapus dan menghentikan enzim invasif pada permukaan sel-sel kanker. Jika tetap terkendali, enzim ini dapat menurunkan dan memodifikasi jaringan sekitarnya, serta berhenti memfasilitasi penyebaran kanker ke seluruh tubuh.
Dr Craig berharap bahwa temuan timnya dapat membantu mengembangkan terapi lebih terarah yang memiliki fungsi hambat tertentu pada enzim yang terlibat dalam metastasis kanker tertentu.

Terapi konvensional yang telah digunakan untuk melawan sifat invasif enzim khusus ini juga menghancurkan enzim lain yang penting untuk fungsi fisiologis tubuh yang normal.

Para peneliti juga meneliti jaringan protein yang bertanggung jawab untuk mengontrol bentuk sel-sel kanker. Mereka berfokus spesifik pada bagian-bagian dari sel yang menonjol ke sekitar jaringan tubuh, yang memungkinkan sel kanker untuk mendegradasi rintangan jaringan di sekitarnya.

Sel-sel normal juga memproduksi tonjolan serupa sebagai bagian dari sebuah proses fisiologis yang sehat yang memungkinkan sel untuk bergerak melalui jaringan tubuh selama respon imun. Selama penyebaran kanker, mekanisme fisiologis ini biasanya dikooptasi oleh sel-sel kanker, sehingga memungkinkan kanker untuk menerobos batas-batas jaringan dan mengkolonisasi jaringan-jaringan yang jauh. Proses penyebaran kanker tersebut dikenal sebagai metastasis dan sering menjadi penyebab kematian pada pasien kanker.

Penelitian ini, yang didanai oleh  the Canadian Breast Cancer Foundation ini tampil di sampul Journal of Cell Science, salah satu jurnal biologi sel internasional paling bergengsi di dunia.

5 Manfaat Kesehatan dari Bawang Putih

Anda tidak menyukai bawang putih? Coba pikirkan kembali. Walaupun bentuknya yang kurang menarik dan rasanya yang juga kurang enak, akan tetapi bawang putih sebenarnya merupakan salah satu makanan yang mempunyai efek penyembuhan yang paling kuat yang dapat dimasukkan ke dalam diet harian. Meskipun mempunyai banyak manfaat penting, pada kesempatan ini hanya akan dipaparkan 5 manfaat utama yang ditawarkan oleh bawang putih.

1. Meningkatkan Imunitas

Adalah mutlak penting untuk meningkatkan imunitas tubuh secara alami untuk menjaga kesehatan kita. Sistem kekebalan tubuh bertanggung jawab untuk menghancurkan ancaman biologis yang masuk ke dalam tubuh sebelum berubah menjadi bentuk manifestasi dari penyakit. Sering terkena flu, pilek, atau merasa kondisi badan menurun merupakan tanda bahwa sudah waktunya untuk meningkatkan imunitas tubuh, sebelum kondisi yang lebih serius memanfaatkan kelemahan ini. Salahsatu cara yang paling baik adalah dengan mengonsumsi makanan yang dapat membantu meningkatkan imunitas. Bawang putih telah digunakan selama lebih dari 5.000 tahun sebagai makanan obat oleh bangsa Mesir dan Yunani Kuno karena kemampuannya untuk melawan penyakit.
Kaya akan vitamin C dan potasium, bawang putih juga dapat membantu proses pencernaan. Kita telah mengetahui selama ini bahwa kesehatan pencernaan tidak hanya merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh secara keseluruhan, tetapi juga kesehatan mental.

2. Secara alami Mengurangi Tekanan Darah

Sebagian besar obat penurun darah modern disertai dengan efek samping, bahkan beberapa ada yang mematikan. Bawang putih hadir dengan berbagai manfaat tambahan dan sebagian besar tak terduga. Bawang putih secara unik mampu mempengaruhi otot polos arteri untuk lebih rileks dan membesar, sehingga secara langsung dapat menurunkan tekanan darah secara alami.
"Ilmuwan Amerika pertama kali menguji manfaat bawang putih pada tekanan darah tinggi pada tahun 1921. Bawang putih secara konsisten menurunkan tekanan darah pada hewan laboratorium"- The Food Pharmacy: Dramatic New Evidence That Food Is Your Best Medicine oleh Jean Carper.

3. Dapat Mengalahkan Antibiotik dalam Memerangi Penyakit yang umum

Meskipun telah diketahui (dan dipraktekkan) oleh sistem pengobatan tradisional selama ribuan tahun, Washington State University telah mengkonfirmasi bahwa bawang putih sebenarnya lebih efektif daripada obat antibiotik dalam memerangi bakteri yang sangat umum dikenal sebagai bakteri campylobacter. Bakteri ini menginfeksi sekitar 2,4 juta orang Amerika per tahun, yang menyebabkan penyakit pada saluran pencernaan.

Salah seorang pakar terkemuka menjelaskan:
"Orang-orang dahulu telah tahu bawang putih adalah penting dan memiliki manfaat kesehatan selama berabad-abad," kata Dr David W. Kraus.

4. Efektif memerangi Kanker

Mungkin manfaat yang paling terkenal dari bawang putih adalah kemampuannya untuk melawan kanker secara efektif dan tanpa efek samping. Hal ini diyakini karena fakta bahwa bawang putih meningkatkan produksi hidrogen sulfida. Peningkatan produksi hidrogen sulfida ini diperkirakan oleh para ilmuwan efektif dalam mencegah perkembangan kanker - terutama prostat, payudara, dan kanker usus besar.

Bahkan cancer.gov mengakui hubungan yang jelas antara konsumsi bawang putih dan pencegahan kanker:
"Beberapa studi populasi menunjukkan hubungan antara peningkatan asupan bawang putih dan penurunan risiko kanker tertentu, termasuk kanker perut, usus besar, esofagus, pankreas, dan payudara."
5. Membantu Detoksifikasi Tubuh

Tahukah Anda bahwa bawang putih dapat membantu dalam mengeluarkan racun dari tubuh? Racun, tentu saja, adalah kontaminan yang tidak diinginkan yang mencakup segala sesuatu, mulai dari bahan kimia dan logam berat hingga parasit. Mengandung berbagai senyawa yang mengandung sulfur, bawang putih mampu merangsang enzim hati yang bertanggung jawab untuk mengeluarkan racun dari tubuh. Selain itu, allicin dan selenium dalam bawang putih merupakan dua nutrisi penting yang juga membantu hati dalam melawan unsur-unsur beracun.

Apa yang perlu kita ketahui mengenai Virus H7N9



Pada tanggal 1 April 2013, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan 3 kasus virus influenza baru A (H7N9) pertama yang terjadi pada manusia di Cina. Hingga saat ini terhitung di seluruh China ada total 77 kasus virus H7N9 pada manusia, 16 orang di antaranya tewas. Sebagian besar kasus yang dilaporkan menderita penyakit pernapasan parah dan dalam beberapa kasus menyebabkan kematian. Hingga saat ini, tidak ada kasus H7N9 di luar China telah dilaporkan.

Virus H7N9 ini termasuk dalam kelompok virus influenza (flu) pada unggas (burung). Infeksi pada manusia yang disebabkan oleh "flu burung" memang jarang terjadi, akan tetapi beberapa kasus telah dilaporkan di masa lalu, dan yang paling sering terjadi adalah setelah terpapar unggas yang terinfeksi. Namun, ini adalah pertama kalinya bahwa subtipe flu burung (H7N9) telah ditemukan pada manusia. Virus ini sangat berbeda dari virus H7N9 lain yang sebelumnya ditemukan pada burung.
Hingga kini penyelidikan mengenai virus baru ini terus dilakukan oleh pihak berwenang China. Mereka melaporkan bahwa virus H7N9 telah terdeteksi pada unggas di daerah yang sama di mana infeksi pada manusia telah terjadi. Banyak kasus H7N9 pada manusia dilaporkan telah melakukan kontak dengan unggas. Namun beberapa kasus dilaporkan tidak pernah melakukan kontak dengan unggas. Kontak dekat (orang dekat) pasien yang dikonfirmasi H7N9 terus diikuti untuk melihat apakah ada penyebaran dari manusia ke manusia yang mungkin terjadi. Berdasarkan pengalaman dengan virus flu burung lainnya - terutama H5N1 – tidak akan mengejutkan bila ditemui penyebaran dari manusia ke manusia.
Yang paling penting, tidak ada penyebaran virus H7N9 dari orang ke orang yang telah ditemukan saat ini. Penyebaran virus dari orang ke orang yang terjadi secara berkelanjutan akan menyebabkan pandemi yang sangat menakutkan.
Virus H7N9 merupakan virus yang baru terjadi pada manusia, dan karenanya memiliki potensi untuk menyebabkan pandemi jika ia mampu berubah menjadi virus yang mampu menyebar dari orang-ke-orang secara mudah. Kabar baiknya, sejauh ini, virus H7N9 diketahui belum memiliki kemampuan untuk itu. Namun, virus influenza terus berubah dan ada kemungkinan bahwa virus ini bisa mendapatkan kemampuan tersebut.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun telah mengambil tindakan kesiapan rutin setiap kali virus baru dengan potensi pandemi diidentifikasi, termasuk mengembangkan virus vaksin kandidat untuk membuat vaksin jika dibutuhkan. Hingga saat ini, belum ada vaksin berlisensi H7 tersedia.
Meski kasus flu burung varian H7N9 belum ditemukan di Indonesia, bukan berarti masyarakat tak perlu waspada. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan menyatakan, penularan avian influenza H7N9 perlu diwaspadai, mengingat Indonesia dan China memiliki hubungan yang erat terutama dalam hal perdagangan.  

"Kemungkinan terjadi selalu ada. Apalagi Indonesia dan China memiliki hubungan perdagangan," kata Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI, Tjandra Yoga Aditama, Rabu (17/4/2013) seperti dikutip dari Kompas. 
Menurut Tjandra, jalur lalu lintas seperti bandar udara dan pelabuhan merupakan pintu utama. Oleh karena itu, dirinya menyarankan setiap pendatang, terutama dari China, yang mengalami keluhan batuk, demam, sesak napas, agar menghubungi kantor kesehatan pelabuhan atau bandara setempat. 
Kesehatan unggas sebagai vektor virus juga harus diperhatikan. 
Tjandra juga mengimbau masyarakat untuk bersama-sama memonitor kesehatan unggas di tiap wilayah. Terutama bila ditemukan kematian massal mendadak. Mayat unggas harus segera dikubur atau dibakar untuk mencegah virus menyebar. 
Masyarakat juga diminta aktif untuk melaporkan bila ditemukan kematian massal unggas mendadak. Pelaporan juga harus dilakukan bila ada yang mengalami sesak nafas, demam, dan batuk dengan lingkungan yang penuh unggas atau baru kembali dari China. 

Mengapa nyamuk Aedes Aegypti sulit di berantas?

Nyamuk Aedes aegypti berhubungan erat dengan manusia dan tempat tinggal mereka. Manusia tidak hanya menyediakan nyamuk dengan makanan darah tetapi juga wadah penampungan air di dalam dan sekitar rumah untuk melengkapi perkembangan hidupnya. Nyamuk meletakkan telur pada sisi wadah air dan telur tersebut menetas menjadi larva setelah hujan atau banjir. Larva berubah menjadi pupa dalam waktu sekitar seminggu dan menjadi nyamuk dalam dua hari. Selain itu, manusia juga memberikan perlindungan kepada nyamuk Aedes aegypti dengan menyediakan tempat yang dingin dan gelap, seperti lemari yang memberikan kemampuan kepada mereka untuk menggigit di dalam ruangan.

Aedes aegypti merupakan nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain membawa virus dengue, Aedes aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan chikungunya. Penyebaran nyamuk jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, Aedes aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue yang luas di desa dan kota.

Harus diakui, akan sangat sulit untuk mengontrol atau memberantas nyamuk Aedes Aegypti, karena mereka memiliki kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang membuat mereka sangat tangguh, bahkan setelah gangguan akibat fenomena alam (kekeringan, misalnya) atau intervensi manusia (misalnya tindakan pengendalian). Salah satu adaptasi tersebut adalah kemampuan telur untuk bertahan di kondisi ekstrim, seperti bertahan hidup tanpa air selama beberapa bulan pada dinding bagian dalam kontainer air. Sebagai contoh, jika kita menghilangkan semua larva, pupa, dan bahkan nyamuk dewasa Aedes aegypti dari sebuah kontainer, populasinya bisa pulih kembali dalam dua minggu kemudian sebagai akibat dari telur menetas setelah hujan atau penambahan air untuk wadah menyimpan telurnya.
Sangat mungkin bahwa Aedes aegypti terus merespons atau beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Sebagai contoh, baru-baru ini para peneliti menemukan bahwa nyamuk Aedes aegypti mampu mengalami perkembangan hingga menjadi nyamuk dewasa di septic tank rusak atau terbuka di Puerto Rico, menghasilkan produksi ratusan atau ribuan nyamuk Aedes aegypti dewasa per hari.

Secara umum, diharapkan bahwa intervensi kontrol mampu mengubah penyebaran spasial dan temporal dari nyamuk Aedes aegypti dan mungkin juga dapat mengubah pola pemanfaatan habitat. Untuk alasan ini, studi serangga harus dimasukkan untuk memberikan dukungan sebelum dan selama operasi pengendalian vektor.

6 Tanda dan Gejala Batu Ginjal



batu ginjal
Penyakit batu ginjal adalah salah satu gangguan urologis yang paling menyakitkan dan lazim terjadi di masyarakat. Lebih dari satu juta kasus batu ginjal didiagnosa setiap tahunnya dengan perkiraan 10 persen orang menderita batu ginjal pada beberapa titik dalam hidupnya. Untungnya, sebagian besar batu ginjal keluar dari tubuh tanpa intervensi apapun. Jika Anda tidak begitu beruntung, informasi berikut akan membantu Anda dan dokter Anda untuk menangani penyebab, gejala dan komplikasi yang mungkin ditimbulkan oleh penyakit batu ginjal. Pelajari tanda-tanda dan gejala batu ginjal sehingga Anda tahu kapan untuk mencari pengobatan.

Apakah Batu Ginjal itu?

Batu ginjal adalah potongan-potongan bahan padat yang terbentuk ketika zat yang secara normal larut dalam urin menjadi berkonsentrasi tinggi. Bahan padat tersebut sering terbentuk dari kalsium, oksalat, dan fosfat. Batu ginjal mungkin hanya berdiameter beberapa milimeter atau hanya seukuran batu kecil.
Batu ginjal paling sering terjadi pada pria, tetapi sekarang statistik menunjukkan lebih banyak kasus batu ginjal terjadi pada wanita dan anak-anak. Faktor makanan mungkin memainkan peran dalam peningkatan angka kasus batu ginjal tersebut.

1. Tanpa Gejala

Banyak orang yang menderita batu ginjal tanpa gejala apapun (asimtomatik). Jika Anda memiliki batu ginjal yang sangat kecil, bisanya tidak akan diketahui ataupun terasa. Terkadang batu kecil seperti ini ditemukan jika Anda menjalani tes pencitraan (X-ray, CT scan, atau USG) untuk alasan yang tidak terkait dengan masalah ginjal. Dokter Anda mungkin mengambil pendekatan "wait and see" jika ditemukan bahwa Anda memiliki batu ginjal tanpa gejala yang mengganggu.

2. Nyeri

Nyeri akibat batu ginjal bisa terasa ringan sampai berat. Batu ginjal yang lebih besar lebih mungkin menyebabkan rasa sakit ketika turun ke ureter dan keluar dari tubuh melalui urin. Situs nyeri paling umum yang terkait batu ginjal adalah punggung bagian bawah (di kedua sisi), perut bagian bawah dan daerah selangkangan, serta di bawah tulang rusuk. Rasa sakit mungkin datang bergelombang. Anda juga mungkin sering mengalami nyeri buang air kecil.

3. Mual dan Muntah

Rasa sakit yang diakibatkan batu ginjal mungkin begitu parah sehingga Anda mungkin juga mengalami mual dan muntah. Ketika batu ginjal bergerak ke ureter dan menghalangi aliran urin, hal ini menyebabkan rasa sakit yang digambarkan sebagai lebih buruk daripada melahirkan. Nyeri hebat, mual, dan muntah harus diobati dengan obat nyeri kuat, antiemetik, dan cairan infus.

4. Demam dan Menggigil

Demam dan menggigil kadang-kadang juga merupakan gejala batu ginjal. Gejala ini merupakan gejala mengganggu yang memerlukan evaluasi medis segera karena demam dan menggigil bisa berarti bahwa Anda juga mengalami infeksi (berpotensi mengancam nyawa, jika tidak diobati). Anda harus mencari pengobatan segera jika mengalami demam dan menggigil yang terkait dengan batu ginjal, bahkan jika Anda hanya mengalami nyeri ringan.

5. Darah dalam Urine

Darah dalam urin, yang disebut "hematuria," adalah gejala umum lain dari batu ginjal. Ketika batu ginjal melewati saluran kemih, ia mengiritasi ureter dan menyebabkan perdarahan. Urin Anda mungkin terlihat merah muda atau kemerahan tergantung pada beratnya perdarahan. Darah dalam urin merupakan gejala serius yang menjamin evaluasi cepat yang diberikan dokter Anda.

6. Perubahan Urine Lainnya

Jika Anda melihat urin yang keruh atau sangat berbau, ini bisa menjadi tanda-tanda infeksi yang berhubungan dengan batu ginjal. Namun, gejala ini bisa juga menjadi tanda masalah medis lainnya, seperti infeksi saluran kemih (ISK), infeksi kandung kemih, sistitis, atau bahkan penyakit menular seksual (PMS) seperti gonore. Jika Anda memiliki urin yang keruh atau berbau busuk, segera temui dokter Anda.

Waspadai Leptospirosis

Apakah Leptospirosis itu?


tikus leptospirosis
Leptospirosis adalah infeksi penyakit yang disebabkan oleh kuman Leptospira sp, karena kontak dengan urine tikus yang mengandung Leptospira atau air, lumpur yang terkontaminasi kuman ini dengan menembus kulit lecet atau mukosa.

Nama lain dari Leptospirosis adalah:
  • Weil's Disease
  • Canicola Fever
  • Haemorrhagic Jaundice
  • Trench Fever
  • Swineherd's Disease
  • Mud Fever
  • Rice Field Fever
  • Flood Fever

Apakah penyebab Leptospirosis?

leptospira
Bakteri berbentuk spiral dari genus Leptospira, ordo Spirochaeta, family Trepanometaceace.

Sumber penularannya adalah :
Tikus, babi, sapi, kambing, domba, kuda, anjing, kucing, burung, landak, kelelawar, tupai dan rubah.

Apakah gejala leptospirosis?

Demam, menggigil, sakit kepala, malaise, muntah, konjungtivitis (conjunctival suffusion) tanpa disertai eksudat serous/purulent, rasa nyeri pada otot terutama otot betis (nyeri pada daerah gastrocnemius) dan punggung, gejala-gejala ini akan tampak antara 4-9 hari.

Apa yang harus dilakukan jika mengalami gejala-gejala tersebut? 


puskesmas

Jika mengalami gejala-gejala tersebut dalam  1-2 minggu setelah terkena air seni binatang, berada di lingkungan tercemar atau banjir, segera berobat ke Puskesmas atau Sarana Kesehatan terdekat.

Bagaimana Pencegahannya?


upaya penangkapan tikus

  • Simpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus;
  • Mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah bekerja di sawah/kebun/ sampah/ tanah/ selokan dan tempat yang tercemar lainnya;
  • Menjaga kebersihan lingkungan;
  • Menyediakan dan menutup rapat tempat sampah;
  • Menghindari adanya tikus di dalam rumah atau gedung;
  • Menghindari pencemaran oleh tikus dan meningkatkan upaya penangkapan tikus;
  • Tutupilah luka dan lecet dengan pembalut kedap air terutama sebelum bersentuhan dengan tanah, Lumpur atau air yang mungkin dicemari air kencing binatang;
  • Pakailah sepatu bila keluar, terutama jika tanahnya basah atau berlumpur.

Manfaat Vitamin E

Mengapa Vitamin E Penting?

manfaat vitamin E
Mayoritas manfaat vitamin E berasal dari kualitas antioksidannya. Vitamin E dapat menyatu dengan oksigen dan menghancurkan radikal bebas. Ia juga melindungi lemak tak jenuh ganda dan senyawa sensitif oksigen lainnya, seperti vitamin A dari kehancuran oleh reaksi oksidasi yang merusak.

Vitamin E dan Anti Oksidasi

Sifat antioksidan vitamin E juga penting bagi membran sel. Misalnya, vitamin E melindungi sel paru-paru (yang berada dalam kontak terus menerus dengan oksigen) dan sel darah putih (yang membantu melawan penyakit).
Tapi manfaat peran antioksidan vitamin E sebenarnya bisa lebih dari itu. Ada bukti signifikan yang menemukan  bahwa vitamin E dapat melindungi kita dari penyakit jantung dan dapat memperlambat kerusakan yang berhubungan dengan penuaan. Banyak kritik yang mengejek klaim tersebut di masa lalu, tetapi pemahaman tentang pentingnya peran antioksidan vitamin E mulai menjawab kritik-kritik tersebut. Namun, seperti betakaroten, efek vitamin E dalam mencegah penyakit jantung sangat bergantung terhadap waktu dan dosis.
Vitamin E juga bertindak sebagai antioksidan di dalam makanan. Vitamin E dalam minyak nabati membantu menjaga minyak dari teroksidasi dan menjadi tengi. Sama halnya, vitamin E dapat melindungi vitamin A dalam makanan dari teroksidasi. Manfaat ini membuat vitamin E menjadi pengawet makanan yang sangat berguna.

Manfaat Medis Vitamin E

Sebagai antioksidan dengan manfaat yang kuat, vitamin E dapat membantu mencegah kanker, penyakit jantung, stroke, katarak, dan juga beberapa dari tanda-tanda penuaan.
Vitamin E juga melindungi dinding arteri dan dapat menjaga kolesterol "jahat" low-density lipoprotein (LDL) dari teroksidasi. Kolesterol LDL yang teroksidasi menandai dimulainya penyumbatan arteri. Vitamin E juga menjaga darah mengalir lancar dengan mencegah platelet darah menggumpal. Kadar vitamin E yang tinggi dalam tubuh mengurangi risiko serangan jantung non-fatal atau stroke pada kebanyakan orang.
Vitamin E merupakan nutrisi pelawan kanker yang dinamis, dimana ia melindungi sel dan DNA dari kerusakan yang bisa berubah menjadi kanker. Vitamin E mengurangi pertumbuhan tumor sekaligus meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan mencegah zat prakanker berubah menjadi karsinogen. Studi pada tikus menunjukkan bahwa vitamin E yang dioleskan pada kulit dapat membantu mencegah kanker kulit akibat paparan radiasi ultraviolet.
Wanita yang menderita penyakit payudara fibrokistik sering dapat terbantu dengan suplementasi vitamin E ini. Penyakit payudara fibrokistik ditandai dengan payudara menyakitkan, kadang-kadang dengan benjolan tidak berbahaya atau pembengkakan, mulai beberapa hari sebelum periode menstruasi. Para peneliti tidak yakin mengapa vitamin E membantu kondisi ini, tapi banyak studi menunjukkan vitamin E dapat mengurangi nyeri pada penyakit payudara fibrokistik.
Vitamin E dapat bermanfaat bagi penderita diabetes, dengan meningkatkan kinerja insulin dan memperbaiki metabolisme glukosa darah dengan mengurangi tekanan oksidatif.
Nutrisi ini juga dapat menjaga sistem saraf yang sehat dengan melindungi selubung mielin yang mengelilingi saraf. Hal ini bisa mencegah degenerasi mental karena penuaan, mungkin termasuk penyakit Alzheimer.
Selain bagi kebanyakan orang, atlet juga perlu untuk mengonsumsi jumlah vitamin E yang cukup. Perlu diketahui, metabolisme tubuh sendiri menciptakan radikal bebas selama latihan aerobik yang berlebihan. Vitamin E dapat memastikan bahwa radikal bebas tetap terkendali dan tidak menyebabkan masalah. Terapi Vitamin E ini juga dapat mengurangi nyeri klaudikasio pada otot betis yang terjadi pada setelah atau selama latihan.
Bayi prematur juga dapat diberi vitamin E untuk memperkecil atau mencegah kerusakan oksigen ke retina mata sebagai akibat dari ventilasi buatan.
Studi hewan yang sedang berlangsung menunjukkan bahwa vitamin E dapat membatasi kerusakan paru-paru yang disebabkan oleh polusi udara. Tampaknya bahwa vitamin E dapat mengurangi aktivitas polutan udara, seperti ozon dan nitrogen dioksida.
Vitamin E yang dioleskan pada luka mungkin sangat baik meningkatkan tingkat penyembuhan karena meminimalkan reaksi oksidasi pada luka dan juga menjaga kelembaban luka.
Banyak wanita melaporkan bahwa vitamin E membantu mengurangi rasa panas pada menopause dan gejala  lainnya.
Meskipun vitamin E dapat memperlambat oksidasi lemak yang terjadi pada penuaan, penelitian eksperimental belum menunjukkan vitamin E dapat meningkatkan masa hidup hewan. Baik itu untuk mengontrol tanda-tanda penuaan seperti kulit keriput atau uban. Namun, vitamin E telah terbukti menunda atau mencegah beberapa penyakit atau hilangnya fungsi yang berhubungan dengan penuaan. Penelitian terbaru telah melaporkan peningkatan memori jangka pendek pada orang dewasa tua yang mengonsumsi suplemen vitamin E. Meskipun vitamin E mungkin tidak membuat hidup lebih lama, tapi ia dapat membantu hidup sedikit lebih baik seiring bertambahnya usia.

Vektor Malaria dan Cara Pengendaliannya

Vektor Malaria

Nyamuk anopheles vektor malaria

Vektor malaria adalah nyamuk Anopheles, dengan ciri khas menungging saat hinggap atau menghisap darah. Nyamuk Anopheles mempunyai siklus hidup sempurna terdiri dari telur (1-2 hari), jentik (6-8 hari), kepompong (1-2 hari) dan nyamuk (2-3 bulan).

Habitat Perkembangbiakan

Habitat Vektor Malaria

Tipe perairan yang dapat menjadi habitat perkembangbiakan vektor malaria, antara lain tambak terbengkalai, bak benur terbengkalai, kolam, lagun, rawarawa, parit, sungai, sawah, saluran irigasi, sumur, kubangan, kobakan, kolam pascatambang, bak air dan mata air.

Pengendalian Secara Terpadu

Pengendalian vektor terpadu dilaksanakan secara bersama dari beberapa metode, meliputi pengendalian fisik, biologi, kimia bersama pemberdayaan masyarakat.

1.   Pengendalian Fisik

Pengendalian fisik vektor malaria

Pengendalian fisik dapat berupa penimbunan kolam, pengangkatan tumbuhan air, pengeringan sawah secara berkala setidaknya setiap dua minggu sekali dan pemasangan kawat kasa pada jendela.

2.   Pengendalian Biologis

Pengendalian biologis vektor malaria

Pengendalian biologi dapat berupa penebaran ikan dan Bacillus thuringiensis serta predator larva lainnya.

3.   Pengendalian Kimia


Pengendalian kimia vektor malaria

Pengendalian kimia dapat menggunakan kelambu berinsektisida, indoor residual spray, repellent, insektisida rumah tangga dan penaburan larvasida.


Mari kita jaga secara bersama-sama lingkungan kita dari perkembangbiakan nyamuk Anopheles, vektor malaria.

Penyakit Infeksi TORCH


Penyakit Infeksi TORCH (Toksoplasma, Rubela, Cytomegalovirus/CMV dan Herpes simplex) adalah sekelompok infeksi yang dapat ditularkan dari wanita hamil kepada bayinya. Ibu hamil yang terinfeksi TORCH berisiko tinggi menularkan kepada janinnya yang bisa menyebabkan cacat bawaan. Dugaan terhadap infeksi TORCH baru bisa dibuktikan dengan melakukan pemeriksaan darah atau skrining. Jika hasilnya positif, atau terdapat infeksi aktif, selanjutnya disarankan pemeriksaan diagnostik berupa pengambilan sedikit cairan ketuban untuk diperiksa di laboratorium.

Infeksi TORCH ini sering menimbulkan berbagai masalah kesuburan (fertilitas) baik pada wanita maupun pria sehingga menyebabkan sulit terjadinya kehamilan. Infeksi TORCH bersama dengan paparan radiasi dan obat-obatan teratogenik dapat mengakibatkan kerusakan pada embrio. Beberapa kecacatan janin yang bisa timbul akibat TORCH yang menyerang wanita hamil antara lain kelainan pada saraf, mata, kelainan pada otak, paru-paru, mata, telinga, terganggunya fungsi motorik, hidrosepalus, dan lain sebagainya.
TORCH tidak hanya berkaitan dengan masalah kehamilan saja. TORCH juga bisa menyerang orang tua, anak muda, dari berbagai kalangan, usia, dan jenis kelamin. TORCH bisa menyerang otak (timbul gejala sering sakit kepala misalnya), menyebabkan sering timbul radang tenggorokan, flu berkepanjangan, sakit pada otot, persendian, pinggang, sakit pada kaki, lambung, mata, dan sebagainya.

Infeksi TORCH Pada Ibu Hamil

1. Toksoplasmosis

Infeksi ini disebabkan oleh parasit (protozoan parasite Toxoplasma gondii) yang ditularkan dari hewan bertubuh panas kepada manusia. Parasit ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan. Sumber terutamanya adalah daging yang tidak dimasak matang atau sayuran mentah. Tangan yang tercemar toksoplasma juga bisa menjadi media penularan jika kita tidak mencuci tangan sebelum makan.
Pada kasus infeksi maternal primer yang terjadi pada kehamilan, parasit bisa ditularkan dari plasenta dan menyebabkan cacat pada janin berupa gangguan penglihatan atau keguguran spontan, meski persentasenya kecil.
Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesifik. Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksi Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan masalah.
Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang mendapatkan obat penekan respon imun). Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan.
Pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya kelainan mata dan telinga, retardasi mental, kejang-kejang dan ensefalitis.
Diagnosis Toxoplasmosis secara klinis sukar ditentukan karena gejala-gejalanya tidak spesifik atau bahkan tidak menunjukkan gejala (sub klinik). Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium mutlak diperlukan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Pemeriksaan yang lazim dilakukan adalah Anti-Toxoplasma IgG, IgM dan IgA, serta Aviditas Anti-Toxoplasma IgG. Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi Toxoplasma, ibu-ibu sebelum atau selama masa hamil (bila hasilnya negatif pelu diulang sebulan sekali khususnya pada trimester pertma, selanjutnya tiap trimeter), serta bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi Toxoplasma.

2. Infeksi rubella

Infeksi ini juga dikenal dengan campak Jerman dan sering diderita anak-anak. Rubella yang dialami pada tri semester pertama kehamilan 90 persennya menyebabkan kebutaan, tuli, kelainan jantung, keterbelakangan mental, bahkan keguguran. Ibu hamil disarankan untuk tidak berdekatan dengan orang yang sedang sakit campak Jerman.
Untuk mencegah infeksi rubella, kaum wanita disarankan untuk melakukan vaksinasi. Perlindungannya mencapai 100 persen. Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran kelenjar getah bening.
Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella, dapat menyerang anak-anak dan dewasa muda. Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka risiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi tejadi trimester pertama maka risikonya menjadi 25%.
Tanda tanda dan gejala infeksi Rubella sangat bervariasi untuk tiap individu, bahkan pada beberapa pasien tidak dikenali, terutama apabila ruam merah tidak tampak. Oleh Karena itu, diagnosis infeksi Rubella yang tepat perlu ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan laboratorium.Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.

3. Cytomegalovirus (CMV)

CMV merupakan keluarga virus herpes. Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk golongan virus keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil. Transmisi vertikal dari ibu ke bayi melalui transplacental. Infeksi CMV pada ibu hamil bisa secara primer atau rekuren.
Infeksi primer pada ibu hamil ditandai dengan terjadinya serokonversi dari IgG antibodi CMV selama kehamilan atau didapatkan IgG dan IgM CMV bersama-sama selama kehamilan. Sedangkan infeksi rekuren ditandai adanya antibodi CMV pada fase sebelum terjadinya pembuahan. Pada infeksi primer, transmisi infeksi ke bayi sebesar 40%. Adanya IgG anti CMV pada ibu hamil tidak memberi perlindungan kepada bayi, sehingga kelainan kongenital mungkin terjadi. 
Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau infeski berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium yang silakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG.Virus ini ditularkan melalui kontak seksual atau selama kehamilan. Akibat infeksi ini bisa fatal karena menyebabkan cacat bawaan pada janin. Belum ada pengobatan yang bisa mencegah infeksi virus ini.

4. Herpes simplex

Virus herpes terdiri dari 2 jenis, yaitu herpes simplex 1 (HSV-1) dan herpes simplex virus 2 (HSV 2). Penularan biasanya terjadi pada kontak seksual pada orang dewasa. HSV 1 juga bisa ditularkan melalui kontak sosial pada masa anak-anak. Prevelansi HSV 2 lebih tinggi pada kelompok HIV positif dan mereka yang melakukan hubungan seks tanpa kondom. Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks tipe II (HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut syaraf sensorik dan berdiam diganglion sistem syaraf otonom.
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada kulit, tetapi hal ini tidak selalu muncul sehingga mungkin tidak diketahui. Infeksi HSV II pada bayi yang baru lahir dapat berakibat fatal (Pada lebih dari 50 kasus) Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting untuk mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan mencegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan.

Fakta Mengenai Infeksi TORCH Pada Kehamilan

  • Infeksi TORCH merupakan gangguan pada kehamilan yang bisa membahayakan janin. Jika infeksi ini diketahui di awal masa kehamilan, risiko penularan dari ibu pada janin bisa dikurangi sehingga cacat bawaan bisa dicegah.
  • Infeksi TORCH dapat menyebabkan 5-10 persen keguguran dan cacat bawaan pada janin yang meliputi gangguan pendengaran, retardasi mental serta kebutaan. Sebagian besar cacat itu bisa dicegah dengan melakukan skrining TORCH di trimester pertama kehamilan. Jika hasilnya negatif, para ibu bisa diberi edukasi pentingnya menjaga kebersihan diri. Namun jika hasilnya positif, dokter bisa memberikan pengobatan untuk menurunkan risiko transmisi dari ibu ke janin.
  • Di Indonesia, dari 54.000 kehamilan yang terinfeksi toksoplasma 70 persennya memiliki antibodi. Sementara itu, 60 persen wanita memiliki antibodi terhadap virus herpes simplex. Kendati demikian, 50-85 persen ibu hamil yang terinfeksi rubela di trimester pertama kehamilan janinnya beresiko tinggi mengalami cacat organ.
  • Pada 10.000 ibu hamil yang hasil skriningnya positif TORCH, hanya 10 saja yang hasil diagnostiknya juga positif. Karena itu, skrining TORCH masih diperdebatkan keakuratannya. Skrining prenatal hanya disarankan untuk mereka yang termasuk dalam kelompok berisiko tinggi, misalnya ibu yang terinfeksi HIV. Untuk memberikan pengobatan pun standarnya adalah hasil diagnostiknya positif.
  • Pemeriksaan diagnostik dilakukan dengan cara pengambilan sedikit air ketuban untuk diperiksa di laboratorium. Hasilnya jauh lebih akurat dibanding dengan skrining berupa pengambilan darah. Jika hasil skrining positif baru disarankan untuk melakukan diagnostik tes sebelum diberikan pengobatan. Saat ini, pemeriksaan TORCH masih tergolong mahal untuk kebanyakan masyarakat. Akan tetapi, tindakan preventif jauh lebih murah daripada kuratif.

Dampak TORCH Pada Bayi

 1.  Toksoplasmosis

  • Pada wanita hamil, toksoplasma berdampak signifikan yaitu bisa mengakibatkan keguguran dan cacat.
  • Tiga serangkai klasik dampak pada bayi akibat infeksi toksoplasmosis pada kehamilan adalah meliputi korioretinitis, hidrosefalus, dan kalsifikasi intrakranial.
  • Gangguan yang dapat terjadi pada bayi dan janin akibat Toksoplasmosis pada kehamilan adalah: cairan tulang belakang tidak normal, anemia, Chorioretinitis, Kejang , Tuli, Demam, Growth retardation (gangguan pertumbuhan), Hepatomegaly (pembesaran liver), Hydrocephalus, Intracranial calcifications (pengapyran di otak), Kuning, Gangguan Belajar, Lymphadenopathy (pembedsaran kelenjar), Maculopapular rash (kemerahan kulit), Mental retardation (gangguan kecerdasan), Microcephaly (ukuran kepala kecil), Spasticity and palsies (kelumpuhan dan kelemahan otot), Splenomegaly (limpa membesar), Thrombocytopenia dan gangguan penglihatan
  • Toksoplasmosis kongenital hampir mirip penyakit yang disebabkan oleh organisme seperti virus herpes simplex, cytomegalovirus, dan virus rubella.  Bayi prematur dengan toksoplasmosis dapat mengembangkan SSP dan penyakit mata pada tiga bulan pertama kehidupan. Sebaliknya, T. gondii yang terinfeksi penuh  bayi lebih sering memiliki manifestasi penyakit ringan, dengan hepatosplenomegali dan limfadenopati dalam dua bulan pertama. Meskipun sebagian besar bayi terinfeksi dalam kandungan dilahirkan tanpa tanda-tanda jelas toksoplasmosis pada pemeriksaan rutin bayi baru lahir, hingga 80 persen mengakibatkan cacat visual di kemudian hari.
  • Infeksi kongenital itu berdampak pengurangan ketajaman visual dan lesi mata baru dapat terjadi melalui dekade ketiga kehidupan atau bahkan kemudian. Masalah pada mata memerlukan evaluasi ophthalmologic lengkap.
  • 90% bayi yang terinfeksi toksoplasma menderita gangguan penglihatan sampai buta setelah beberapa bulan atau beberapa tahun sejak ia lahir. Dari jumlah tersebut, 10% dapat mengalami gangguan pendengaran.
  • Bayi yang terinfeksi toksoplasma akan beresiko mengalami 85% terkena retardasi mental, 75% mengalami gangguan saraf, 50% mengalami gangguan penglihatan dan 15% mengalami gangguan pendengaran.
  • Indikasi infeksi pada bayi dapat diketahui melalu USG yang memperlihatkan adanya cairan berlebihan pada perut, pengapuran pada otak serta pelebaran saluran otak. Bayi yang terinfeksi toksoplasma akan mengalami gangguan fungsi saraf yang mengakibatkan keterlambatan perkembangan psikomotor dalam bentuk gangguan kecerdasan maupun keterlambatan perkembangan bicara, serta kejang kejang dan kekakuan yang akhirnya menimbulkan keterlambatan motorik. Toksoplasma juga berpotensi menyebabkan cacat bawaan, terutama bila terjadi pada usia kehamilan awal,sampai 3 bulan dan bahkan kematian.

2.  Rubela

  • Infeksi Rubella pada kehamilan dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir mati atau gangguan terhadap janin. Sebanyak 50% lebih ibu yang mengalami Rubella tidak merasa apa-apa. Sebagian lain mengalami demam, tulang ngilu, kelenjar belakang telinga membesar dan agak nyeri. Setelah 1-2 hari muncul bercak-bercak merah seluruh tubuh yang hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari.
  • Berdasarkan data dari WHO, paling tidak 236.000 kasus Sindrom Rubella Kongenital terjadi setiap tahun di negara-negara berkembang dan dapat meningkat 10 kali lipat pada saat terjadi epidemi Tidak semua janin akan tertular. Jika ibu hamil terinfeksi saat usia kehamilannya < 12 minggu maka risiko janin tertular 80-90 persen. Jika infeksi dialami ibu saat usia kehamilan 15-30 minggu, maka risiko janin terinfeksi turun yaitu 10-20 persen. Namun, risiko janin tertular meningkat hingga 100 persen jika ibu terinfeksi saat usia kehamilan > 36 minggu.
  • Sindrom Rubella Kongenital biasanya terjadi hanya bila ibu terinfeksi pada saat umur kehamilan masih kurang dari 4 bulan. Bila sudah lewat 5 bulan, jarang sekali terjadi infeksi.
  • Sindrom Rubella Kongenital akibatnya katarak pada lensa mata bayi, gangguan pendengaran atau tuli, gangguan jantung, dan kerusakan otak. Di samping itu, bayi juga berisiko lebih besar untuk terkena diabetes melitus, gangguan tiroid, gangguan pencernaan dan gangguan syaraf (pan-encephalitis)

3. Cytomegalovirus (CMV)

  • Infeksi Cytomegalovirus (CMV) kongenital terjadi sekitar 30.000-40.000 bayi dilahirkan setiap tahun di Amerika Serikat, membuat Cytomegalovirus merupakan infeksi yang paling umum dan penting dari semua infeksi kongenital.
  • Kemungkinan infeksi dan luasnya penyakit pada bayi baru lahir tergantung pada status kekebalan ibu. Jika infeksi primer ibu terjadi selama kehamilan, tingkat rata-rata transmisi ke janin adalah 40%, sekitar 65% dari bayi ini memiliki penyakit Cytomegalovirus saat lahir. Dengan infeksi ibu yang berulang, risiko penularan pada janin lebih rendah, berkisar 0,5-1,5%, dengan sebagian besar bayi tampak normal saat lahir .
  • Sekitar 10% bayi dengan infeksi kongenital memiliki bukti klinis penyakit saat lahir. Bentuk yang paling parah dari infeksi CMV kongenital disebut sebagai Cytomegalic inclusion disease (CID). CID hampir selalu terjadi pada wanita yang memiliki infeksi sitomegalovirus primer selama kehamilan, meskipun kasus yang jarang dijelaskan pada wanita dengan kekebalan yang sudah ada sebelumnya yang mungkin memiliki reaktivasi infeksi selama kehamilan.
  • CID ditandai dengan retardasi pertumbuhan intrauterin, hepatosplenomegali, abnormalitas hematologi (trombositopenia), dan manifestasi kulit berbagai, termasuk petechiae dan purpura (blueberry muffin bayi). Namun, manifestasi paling signifikan dari CID melibatkan SSP. Mikrosefali, ventrikulomegali, atrofi otak, korioretinitis, dan gangguan pendengaran sensorineural konsekuensi neurologis yang paling umum dari CID.
  • Kalsifikasi intraserebral biasanya menunjukkan distribusi periventricular dan yang biasa ditemui menggunakan CT scan. Temuan kalsifikasi intrakranial adalah prediksi defisit kognitif dan audiologic di kemudian hari dan memprediksi prognosis perkembangan buruk persarafan.
  • Jika ibu hamil terinfeksi, maka janin yang dikandung mempunyai risiko tertular sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, pekapuran otak, ketulian, retardasi mental, dan lain-lain. Bayi akan kehilangan pendengaran (tuli).
  • Sekitar 20%  dijumpai pada bayi yang terinfeksi virus adalah Limpa atau hati membesar disertai gejala kuning pada kulit atau mata. 90% bayi yang masih bertahan akan mengalami gangguan saraf berat seperti keterlambatan perkembangan mental.
  • Bila seorang ibu hamil didiagnosa tertular virus sitomegalo, janin dalam kandungan bisa diperiksa dengan melakukan pemeriksaan amniosintesa. Cara pemeriksaan ini hampir 80% dapat mendeteksi bayi apakah juga terinfeksi virus atau tidak. Tetapi tetap belum dapat diketahui apakah bayi menderita penyakit berat atau tidak. Namun demikian, periksaan USG pada janin dalam kandungan, bisa mengetahui kelainan otak dan organ lain.
  • Pada bayi baru lahir, 10% diantaranya akan menunjukkan gejala klinik berupa: IUGR, Ikterus (kuning), Hepatosplenomegali (pembesaran liver dan limpa), Ptekie sampai purpura (perdarahan bawah kulit), Pneumonia. Biasanya juga dijumpai kelainan kongenital lain seperti: penyakit jantung bawaan (defek septal), atresia bilier, hernia inguinalis dan abnormalitas musculoskeletal. Kebanyakan bayi yang bertahan hidup gejala CID memiliki gejala sisa neurologis dan perkembangan saraf jangka panjang yang signifikan .
  • Memang, telah diperkirakan bahwa sitomegalovirus kongenital mungkin terjadi pada kasus sindrom Down sebagai diketahui penyebab keterbelakangan mental pada anak.

4. Herpes Simpleks

Bayi paling berisiko tertular herpes neonatus bila ibunya sendiri tertular herpes simpleks pada akhir masa kehamilan. Hal ini terjadi karena ibu yang baru tertular belum memiliki antibodi terhadap virus, sehingga tidak ada perlindungan untuk bayi saat lahir. Tambahan, infeksi herpes baru sering aktif, sehingga ada kemungkinan yang lebih tinggi bahwa virus akan timbul di saluran kelahiran saat melahirkan.
Herpes neonatus dapat menyebabkan infeksi yang berat, mengakibatkan kerusakan yang menahun pada susunan saraf pusat, perlambatan mental, atau kematian.
Pengobatan, bila diberi secara dini, dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan menahun, tetapi bahkan dengan pengobatan antiviral, infeksi ini berdampak buruk pada kebanyakan bayi.
    

Diagnosa Penyakit TORCH

Proses diagnosa medis merupakan langkah pertama untuk menangani suatu penyakit. Tetapi diagnosa berdasarkan pengamatan gejala klinis sering sukar dilaksanakan, maka dilakukan diagnosa laboratorik dengan memeriksa serum darah, untuk mengukur titer-titer antibodi IgM atau IgG-nya.
Diagnosis laboratorik dilakukan dengan menggunakan tes ELISA. Jika ditemukan bahwa antibodi IgM menunjukkan hasil positif 40 (10.52%) untuk toksoplasma, 102 (26.8%) untuk Rubella, 32 (8.42%) untuk CMV dan 14 (3.6%) untuk HSV-II. Antibodi IgG menunjukkan hasil positif 160 (42.10%) untuk Toxoplasma, 233 (61.3%) untuk Rubella, 346 (91.05%) untuk CMV dan 145 (33.58%) untuk HSV-II.
Penderita TORCH kadang tidak menunjukkan gejala klinis yang spesifik, bahkan bisa jadi sama sekali tidak merasakan sakit. Secara umum keluhan yang dirasakan adalah mudah pingsan, pusing, vertigo, migran, penglihatan kabur, pendengaran terganggu, radang tenggorokan, radang sendi, nyeri lambung, lemah lesu, kesemutan, sulit tidur, epilepsi, dan keluhan lainnya.
Untuk kasus kehamilan: sulit hamil, keguguran, organ tubuh bayi tidak lengkap, cacat fisik maupun mental, autis, keterlambatan tumbuh kembang anak, dan ketidaksempurnaan lainnya.
Namun begitu, gejala diatas tentu belum membuktikan adanya penyakit TORCH sebelum dibuktikan dengan uji laboratorik.

Pengobatan TORCH

Infeksi-infeksi TORCH ini dapat dideteksi dari pemeriksaan darah. Biasanya ada 2 petanda yang diperiksa untuk tiap infeksi yaitu Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin M (IgM). Normalnya keduanya negatif. (Baca juga: Beda IgG dan IgM.)
Jika IgG positif dan IgMnya negatif, artinya infeksi terjadi dimasa lampau dan tubuh sudah membentuk antibodi. Pada keadaan ini tidak perlu diobati. Namun, jika IgG negatif dan Ig M positif, artinya infeksi baru terjadi dan harus diobati. Selama pengobatan tidak dianjurkan untuk hamil karena ada kemungkinan infeksi ditularkan ke janin. Kehamilan ditunda sampai 1 bulan setelah pengobatan selesai (umumnya pengobatan memerlukan waktu 1 bulan).
Jika IgG positif dan IgM juga positif, maka perlu pemeriksaan lanjutan yaitu IgG Aviditas. Jika hasilnya tinggi, maka tidak perlu pengobatan, namun jika hasilnya rendah maka perlu pengobatan seperti di atas dan tunda kehamilan. Pada infeksi Toksoplasma, jika dalam pengobatan terjadi kehamilan, teruskan kehamilan dan lanjutkan terapi sampai melahirkan. Untuk Rubella dan CMV, jika terjadi kehamilan saat terapi, pertimbangkan untuk menghentikan kehamilan dengan konsultasi kondisi kehamilan bersama dokter kandungan anda.
Pengobatan TORCH secara medis diyakini bisa dengan menggunakan obat-obatan seperti isoprinocin, repomicine, valtrex, spiromicine, spiradan, acyclovir, azithromisin, klindamisin, alancicovir, dan lainnya. Namun tentu pengobatannya membutuhkan biaya yang sangat mahal dan waktu yang cukup lama. Selain itu, terdapat pula beberapa cara pengobatan alternatif yang ditawarkan.
Pengobatan TORCH secara medis pada wanita hamil dengan menggunakan obat spiramisin (spiromicine), azithromisin dan klindamisin misalnya bertujuan untuk menurunkan dampak (resiko) infeksi yang timbul pada janin. Namun sayangnya obat-obatan tersebut seringkali menimbulkan efek mual, muntah dan nyeri perut. Sehingga perlu disiasati dengan meminum obat-obatan tersebut sesudah atau pada waktu makan.

Cara Penularan TORCH

Penularan TORCH pada manusia dapat melalui 2 (dua) cara. Pertama, secara aktif (didapat) dan yang kedua, secara pasif (bawaan). Penularan secara aktif disebabkan antara lain sebagai berikut :
  • Makan daging setengah matang yang berasal dari hewan yang terinfeksi (mengandung sista), misalnya daging sapi, kambing, domba, kerbau, babi, ayam, kelinci dan lainnya. Kemungkinan terbesar penularan TORCH ke manusia adalah melalui jalur ini, yaitu melalui masakan sati yang setengah matang atau masakan lain yang dagingnya diamsak tidak semnpurna, termasuk otak, hati dan lainnya.
  • Makan makanan yang tercemar oosista dari feses (kotoran) kucing yang menderita TORCH. Feses kucing yang mengandung oosista akan mencemari tanah (lingkungan) dan dapat menjadi sumber penularan baik pada manusia maupun hewan. Tingginya resiko infeksi TORCH melalui tanah yang tercemar, disebabkan karena oosista bisa bertahan di tanah sampai beberapa bulan ( Howard, 1987).
  • Transfusi darah (trofozoid), transplantasi organ atau cangkok jaringan (trozoid, sista), kecelakaan di laboratorium yang menyebabkan TORCH masuk ke dalam tubuh atau tanpa sengaja masuk melalui luka (Remington dan McLeod 1981, dan Levine 1987).
  • Hubungan seksual antara pria dan wanita juga bisa menyebabkan menularnya TORCH. Misalnya seorang pria terkena salah satu penyakit TORCH kemudian melakukan hubungan seksual dengan seorang wanita (padahal sang wanita sebelumnya belum terjangkit) maka ada kemungkinan wanita tersebut nantinya akan terkena penyakit TORCH sebagaimana yang pernah diderita oleh lawan jenisnya.
  • Ibu hamil yang kebetulan terkena salah satu penyakit TORCH ketika mengandung maka ada kemungkinan juga anak yang dikandungnya terkena penyakit TORCH melalui plasenta.
  • Air Susu Ibu (ASI) juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal ini bisa terjadi seandainya sang ibu yang menyusui kebetulan terjangkit salah satu penyakit TORCH maka ketika menyusui penyakit tersebut bisa menular kepada sang bayi yang sedang disusuinya.
  • Keringat yang menempel pada baju atau pun yang masih menempel di kulit juga bisa menjadi penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal ini bisa terjadi apabila seorang yang kebetulan kulitnya menempel atau pun lewat baju yang baru saja dipakai si penderita penyakit TORCH.
  • Faktor lain yang dapat mengakibatkan terjadinya penularan pada manusia, antara lain adalah kebiasaan makan sayuran mentah dan buah - buahan segar yang dicuci kurang bersih, makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, mengkonsumsi makanan dan minuman yang disajikan tanpa ditutup, sehingga kemungkinan terkontaminasi oosista lebih besar.
  • Air liur juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Cara penularannya juga hampir sama dengan penularan pada hubungan seksual.

Berdasarkan kenyataan di atas, penyakit TORCH ini sifatnya menular. Oleh karena itu dalam satu keluarga biasanya kalau salah satu anggota keluarga terkena penyakit tersebut maka yang lainnya pun juga bisa terkena. Malah ada beberapa kasus dalam satu keluarga seluruh anggota keluarganya mulai dari kakek - nenek, kakak - adik, bapak - ibu, anak - anak semuanya terkena penyakit TORCH.

Cara Menghindari TORCH

Untuk menghindari sedini mungkin penyakit TORCH yang sangat membahayakan ini, ada beberapa hal sebagai solusi awal yang bisa dilakukan antara lain sebagai berikut :
  • Bila mengkonsumsi daging seperti daging ayam, sapi, kambing, kelinci, babi dan lainnya terlebih dahulu dimasak dengan matang hingga suhu mencapai 66 derajat Celcius, agaroosista - oosista yang mungkin terbawa di dalam daging tersebut bisa mati.
  • Kucing peliharaan di rumah hendaknya diberi daging matang untuk mencegah infeksi yang masuk ke dalam tubuh kucing. Tempat makan, minum dan alas tidur harus selalu dicuci / dibersihkan.
  • Hindari kontak dengan hewan - hewan mamalia liar, seperti rodensia liar (tikus, bajing, musang dan lain - lain) serta reptilia kecil seperti cecak, kadal, dan bengkarung yang kemungkinan dapat sebagai hewan perantara TORCH.
  • Penanganan kotoran kucing sebaiknya dilakukan melalui sarung tangan yang disposable (dibuang setelah dipakai).
  • Bagi wanita yang sedang hamil, terutama yang dinyatakan secara serologis sudah negatif, jangan memelihara atau menangani kucing kecuali dengan sarung tangan.
  • Bila sedang memegang daging, bekerja di tempat atau perusahaan daging atau organ yang masih mentah, hindari untuk tidak menyentuh mata, mulut, dan hidung dan peralatan dapur setelah selesai sebaiknya dicuci dengan sabun.
  • Bagi yang senang berkebun atau bekerja di kebun, sebaiknya menggunakan sarung tangan, mencuci sayuran atau buah sebelum dimakan.
  • Darah penderita seropositif tidak boleh ditransfusikan pada penderita yang menderita imunosupresif, demikian pula transplantasi organ pada penderita seronegatif harus dari orang dengan seronegatif TORCH.
  • Pemberantasan terhadap lalat dan kecoa sebagai pembawa oosista perlau dilakukan.
  • Penggunaan desinfektan komersial yang ada di toko - toko dapat berguna untuk membasmi oosista.
  • Memeriksakan hewan peliharaan secara kontinyu ke dokter hewan atau poliklinik hewan agar supaya hewan keanyangan selalu dalam keadaan sehat.