Selasa, 18 Agustus 2015

Hipertiroidisme

Apa itu Hipertiroidisme??
 
Hipertiroidisme atau kelenjar tiroid overaktif adalah kondisi terlalu banyaknya hormon tiroksin yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid di dalam tubuh. Kondisi ini akan menyebabkan gangguan pada metabolisme tubuh.

Tiroid adalah kelenjar di bagian depan leher yang mengendalikan metabolisme dan fungsi normal tubuh, seperti mengubah makanan menjadi energi.




Hipertiroidisme akan mempercepat banyak proses dan fungsi di dalam tubuh. Anda bisa merasakan gejala-gejala berikut:
  • Penurunan berat badan dengan cepat.
  • Banyak berkeringat
  • Suasana hati cepat berubah.
  • Merasa gelisah.
  • Jantung berdebar kencang.
Meski begitu, kondisi ini bisa juga tidak memunculkan gejala apa pun terhadap tubuh.
Kelenjar tiroid overaktif lebih cenderung terjadi pada wanita. Kondisi ini bisa muncul pada usia berapa pun, termasuk ketika masih anak-anak. Tapi biasanya muncul ketika memasuki usia 20-40 tahun.

Apa Saja Gejala Akibat Hipertiroidisme?

Percepatan metabolisme akibat hipertiroidisme bisa menimbulkan berbagai macam gejala pada tubuh manusia. Beda orang bisa mengalami tingkat keparahan, jangkauan, dan frekuensi gejala yang berbeda-beda. Banyak sekali gejala yang bisa muncul, tapi Anda belum tentu mengalami seluruh tanda fisik dan gejala yang disebutkan di bawah ini, antara lain:
  • Kelenjar tiroid yang membesar akan menyebabkan terjadinya pembengkakan pada leher.
  • Palpitasi atau denyut jantung yang cepat dan/atau tidak beraturan.
  • Kulit yang hangat dan lembap.
  • Kedutan otot.
  • Tremor atau gemetaran.
  • Munculnya biduran (urtikaria) atau ruam.
  • Rambut rontok secara tidak merata.
  • Telapak tangan berwarna kemerahan.
Berikut ini adalah gejala-gejala yang biasanya terjadi pada penderita hipertiroidisme:
  • Berat badan turun tanpa alasan yang jelas.
  • Hiperaktif. Seseorang tidak akan bisa diam dan dipenuhi perasaan cemas.
  • Mudah marah dan emosional.
  • Insomnia atau kesulitan untuk tidur pada malam hari.
  • Berkeringat secara berlebihan dan sensitif terhadap suhu panas.
  • Dorongan untuk beraktivitas seksual menurun.
  • Kelemahan otot.
  • Lebih sering buang air kecil dan buang air besar.
  • Kemandulan.
  • Perubahan siklus menstruasi menjadi tidak teratur, ringan, atau berhenti sekaligus pada wanita.
  • Bagi penderita diabetes, hipertiroidisme bisa menyebabkan rasa haus dan sangat lelah.
Awalnya gejala yang muncul mungkin bersifat ringan, tapi ketika kadar tiroksin dalam darah meningkat, gejala akan bertambah parah. Semua gejala di atas mungkin tidak hanya disebabkan oleh hipertiroidisme, tapi jika mengalaminya, lebih baik Anda memeriksakan diri untuk memastikan penyebab munculnya gejala tersebut.

Kondisi yang Menyebabkan Hipertiroidisme

Banyaknya hormon tiroksin yang diproduksi kelenjar tiroid dalam tubuh bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti penyakit Graves, obat amiodaron, suplemen iodine, nodul tiroid, kanker tiroid, atau tiroiditis. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing kondisi yang mungkin menyebabkan kelenjar tiroid overaktif.
  • Penyakit Graves
    Hipertiroidisme kebanyakan disebabkan oleh penyakit Graves. Kondisi yang terjadi akibat kelainan autoimun pada tubuh. Penyakit Graves termasuk kondisi turunan yang bisa muncul pada usia berapa pun, terutama pada wanita usia 20-40 tahun.
    Penyakit ini menyerang kelenjar tiroid yang akhirnya memicu meningkatnya produksi hormon tiroksin. Belum diketahui kondisi apa yang menyebabkan kelainan autoimun ini, tapi faktor lingkungan dan keturunan dianggap berperan pada kemunculan kelainan ini. Selain hipertiroidisme, penyakit Graves juga memengaruhi mata, yaitu mengakibatkan pandangan kabur dan ketidaknyamanan. Kondisi tersebut ditandai dengan bola mata yang terlihat menonjol keluar.
  • Tiroiditis
    Tiroiditis adalah peradangan pada kelenjar tiroid. Kondisi ini bisa disebabkan oleh infeksi bakteri maupun virus. Tiroiditis akan merusak kelenjar tiroid hingga menyebabkan kebocoran hormon tiroksin, pada akhirnya menyebabkan hipertiroidisme.
  • Nodul Tiroid
    Nodul adalah gumpalan yang terbentuk di dalam kelenjar tiroid dan belum diketahui penyebabnya. Meski bersifat jinak dan tidak menyebabkan kanker, nodul bisa mengandung jaringan tiroid yang abnormal. Gumpalan ini berdampak kepada peningkatan produksi tiroksin dalam tubuh dan berakibat pada hipertiroidisme.
  • Efek samping obat
    Untuk memproduksi hormon tiroksin, kelenjar tiroid membutuhkan iodine yang terkandung di dalam makanan. Hormon tiroksin akan menjadi terlalu banyak dan  akhirnya menyebabkan hipertiroidisme jika Anda mengonsumsi suplemen iodine. Amiodaron adalah obat yang digunakan untuk mengatasi detak jantung yang tidak beraturan dan termasuk dalam kelompok obat antiaritmik. Obat ini bisa menyebabkan hipertiroidisme karena mengandung iodine, yaitu unsur yang bisa meningkatkan produksi hormon tiroksin.
  • Kanker tiroid
    Kanker tiroid tergolong sangat langka. Jika kanker tiroid bermula dari jaringan folikel tiroid dan sel-sel kanker mulai menghasilkan banyak hormon tiroksin, maka Anda bisa mengalami hipertiroidisme.
Selain faktor jenis kelamin dan keturunan, terdapat faktor lain yang bisa meningkatkan risiko Anda mengalami hipertiroidisme. Orang yang memiliki penyakit autoimun, seperti diabetes tipe 1 dan penyakit Addison, lebih berisiko terkena kondisi ini juga. Perokok cenderung menderita penyakit Graves dan secara tidak langsung meningkatkan risiko menderita hipertiroidisme.

Tes yang Dilakukan Untuk Mendiagnosis Hipertiroidisme

Untuk memastikan diagnosis terhadap hipertiroidisme, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan Anda, melakukan pemeriksaan fisik, dan beberapa tes medis. Berikut ini beberapa tes yang mungkin dilakukan:
  • Tes fungsi tiroid
    Tes fungsi tiroid adalah tes darah yang dilakukan untuk mengetahui tingkat thyroid-stimulating hormone/TSH (hormon yang merangsang kelenjar tiroid) dan tingkat hormon yang dihasilkan kelenjar tiroid (hormon tiroksin dan hormon triiodotironin).
    Fungsi hormon perangsang kelenjar tiroid atau TSH adalah mengendalikan produksi tiroksin dan triiodotironin. Pada penderita hipertiroidisme, kadar TSH-nya rendah sedangkan kadar tiroksin dan triiodotironin-nya tinggi. Terkadang, hasil tes ini memperlihatkan kadar TSH rendah, tapi kadar hormon yang dihasilkan kelenjar tiroid tetap normal. Kondisi ini dikenal dengan istilah hipertiroidisme subklinis. Hipertiroidisme subklinis biasanya pulih dengan sendirinya dalam waktu sekitar dua bulan, jadi Anda tidak memerlukan pengobatan untuk kondisi ini. Meski begitu, Anda tetap memerlukan tes fungsi tiroid secara rutin untuk  untuk mengawasi kesehatan Anda.
  • Tes pencitraan tiroid isotop
    Tes lanjutan akan dilakukan setelah Anda dipastikan menderita hipertiroidisme. Tes ini bertujuan menentukan kondisi apa yang mendasari kelenjar tiroid menjadi overaktif. Dalam prosedur tes ini Anda akan menelan unsur radioaktif atau isotop dalam bentuk kapsul atau cairan. Untuk mengetahui berapa banyak isotop yang diserap kelenjar tiroid, tes pencitraan akan dilakukan. Jika isotop yang diserap oleh kelenjar tiroid cukup rendah, maka kondisi yang mungkin mendasari hipertiroidisme adalah tiroiditis (peradangan kelenjar tiroid), asupan iodine yang tinggi, atau karena kanker tiroid. Tapi jika kelenjar tiroid menyerap banyak isotop, kemungkinan besar penyebab hipertiroidisme Anda adalah nodul tiroid atau penyakit Graves.
Pengobatan pada Hipertiroidisme

Pengobatan yang diberikan terhadap penderita hipertiroidisme bergantung pada faktor usia, gejala yang dialami, dan kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid dalam darah. Di bawah ini adalah jenis pengobatan yang biasanya digunakan untuk mengatasi hipertiroidisme, yaitu:

Thionamide
Thionamide adalah kelompok obat-obatan yang digunakan untuk menekan produksi hormon tiroksin dan triiodotironin. Contoh obat-obatan thionamide adalah carbimazole dan propylthiouracil. Obat ini perlu dikonsumsi sekitar 1-2 bulan agar bisa dilihat perubahan pada kondisi hipertiroidisme.
Dosis obat ini akan diturunkan secara perlahan setelah produksi hormon oleh kelenjar tiroid bisa dikendalikan. Efek samping yang jarang terjadi akibat obat ini adalah sakit persendian dan ruam kulit yang gatal. Risiko mengalami hipotiroidisme (kelenjar tiroid yang kurang aktif) akibat pengobatan ini lebih kecil dibandingkan radioterapi.

Radioterapi
Radioiodine adalah sejenis prosedur radioterapi untuk mengobati hipertiroidisme. Hormon yang dihasilkan kelenjar tiroid akan berkurang ketika iodine radioaktif  (dalam tingkat rendah dan tidak berbahaya) menyusutkan kelenjar tiroid. Pengobatan radioiodine dapat konsumsi dalam bentuk obat cair atau kapsul.
Terdapat beberapa kelompok orang yang tidak dianjurkan untuk melakukan pengobatan radioiodine, antara lain:
  • Wanita yang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan.
  • Orang yang mengalami gangguan mata, seperti pandangan kabur dan bola mata yang menonjol.
Setelah menjalani pengobatan radioiodine, seorang wanita tidak boleh hamil setidaknya enam bulan setelah pengobatan berakhir. Dan untuk pria, tidak boleh menghamili wanita setidaknya empat bulan setelah pengobatan radioiodine. Dosis pengobatan dengan radioiodine hanya diberikan satu kali. Jika diperlukan, pengobatan lanjutan diberikan setelah dosis pertama dengan jeda sekitar 6 bulan hingga 1 tahun. Untuk mempercepat pemulihan gejala, thionamide akan diberikan beberapa minggu sebelum Anda melakukan pengobatan radioiodine. Keuntungan dari prosedur pengobatan ini adalah memiliki tingkat keberhasilan yang sangat bagus. Sedangkan kekurangan prosedur ini adanya risiko efek samping hipotiroidisme (kelenjar tiroid yang kurang aktif) lebih tinggi dibanding thionamide.

Beta-blocker
Beta-blocker
atau penghambat beta adalah obat yang digunakan untuk mengatasi gejala yang muncul akibat hipertiroidisme, seperti hiperaktif, detak jantung cepat, dan tremor. Obat ini tidak boleh dikonsumsi oleh penderita asma.
Beta-blocker diberikan setelah produksi hormon kelenjar tiroid bisa dikendalikan oleh thionamide. Efek samping yang paling umum akibat obat ini adalah mual, kaki dan tangan menggigil, insomnia, dan selalu merasa lelah.

Operasi tiroid
Operasi pengangkatan kelenjar tiroid atau tiroidektomi disebut parsial jika hanya sebagian yang diangkat dan total jika seluruhnya jaringan kelenjar diangkat. Berikut ini adalah beberapa alasan perlu dilakukannya prosedur operasi pengangkatan kelenjar tiroid, yaitu:
  • Jika hipertiroidisme muncul kembali setelah sebelumnya menjalani penanganan dengan thionamide.
  • Terjadi pembengkakan yang cukup parah pada kelenjar tiroid.
  • Tidak bisa dilakukan pengobatan radioiodine karena sedang hamil atau menyusui, serta tidak bisa dan/atau tidak mau melewati prosedur pengobatan dengan thionamide.
  • Pasien menderita gejala mata yang parah akibat penyakit Graves.
Untuk menghilangkan kemungkinan kambuh atau muncul kembali, disarankan untuk mengangkat seluruh kelenjar tiroid yang ada. Mereka yang menjalani operasi tiroidektomi total diharuskan mengonsumsi obat-obatan seumur hidup untuk mengatasi hilangnya fungsi kelenjar tiroid di dalam tubuh.

Komplikasi Akibat Hipertiroidisme

Jika Anda menderita hipertiroidisme dan tidak ditangani, Anda berisiko mengalami komplikasi. Berikut ini beberapa komplikasi yang mungkin terjadi:
  • Oftalmopati Graves. Gangguan mata ini disebabkan oleh penyakit Graves. Gejala yang bisa muncul adalah mata kering atau mengeluarkan air mata berlebihan, penglihatan kabur dan sensitivitas berlebihan terhadap cahaya.
  • Keguguran dan eklampsia. Wanita hamil dengan riwayat penyakit Graves atau yang menderita hipertiroidisme lebih berisiko mengalami komplikasi seperti keguguran, eklampsia (kejang-kejang pada masa kehamilan), kelahiran prematur, dan bayi dengan berat badan rendah.
  • Hipotiroidisme. Dampak dari pengobatan terhadap hipertiroidisme adalah kelenjar tiroid menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroksin dan triiodotironin. Sebagai akibatnya, terjadilah hipotiroidisme. Beberapa gejala hipotiroidisme adalah kelelahan berlebihan, konstipasi dan peningkatan berat badan.
  • Badai tiroid. Ini adalah kondisi munculnya gejala yang parah dan tiba-tiba akibat sistem metabolisme yang berjalan terlalu cepat. Ini bisa terjadi ketika hipertiroidisme tidak ditangani atau tidak terdiagnosis. Selain itu, badai tiroid bisa terjadi karena beberapa hal, misalnya infeksi, kehamilan, tidak mengonsumsi obat sesuai anjuran dokter, dan kerusakan kelenjar tiroid akibat cedera pada leher. Ini adalah kondisi darurat, maka jika Anda mencurigai ada orang di sekitar Anda yang mengalaminya, segera bawa ke rumah sakit terdekat. Beberapa gejalanya adalah nyeri dada, diare, demam, menggigil, berhalusinasi dan sakit kuning.
  • Gangguan jantung. Komplikasi yang serius dari hipertiroidisme berkaitan dengan gangguan jantung, seperti detak jantung cepat, kelainan ritme jantung, dan gagal jantung kongestif.
  • Osteoporosis atau tulang rapuh. Kekuatan tulang bergantung kepada jumlah kalsium dan mineral lain di dalamnya. Tubuh akan kesulitan memasukkan kalsium ke dalam tulang ketika terganggu dengan banyaknya hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid.

Minggu, 16 Agustus 2015

Allopurinol

Pengertian Allopurinol

Allopurinol adalah obat yang digunakan untuk mencegah serangan penyakit gout dengan menurunkan kadar asam urat di dalam darah. Selain karena pola makan yang kurang sehat, kadar asam urat juga bisa naik akibat pengobatan kemoterapi pada penderita kanker. Selain gout, kadar asam urat yang tinggi juga bisa menyebabkan pembentukan batu ginjal.



Tentang Allopurinol

Jenis obatPenghambat xanthine-oxidase
GolonganObat resep
Manfaat
  • Mencegah gout dan pembentukan batu ginjal tertentu dengan menurunkan kadar asam urat yang tinggi.
  • Mencegah peningkatan kadar asam urat pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi
Dikonsumsi olehDewasa dan anak-anak
Bentuk obatTablet

Peringatan:
  • Bagi wanita yang sedang merencanakan kehamilan, tengah hamil, serta sedang menyusui, sesuaikan dosis dengan anjuran dokter.
  • Tanyakan dosis allopurinol untuk anak-anak kepada dokter.
  • Harap berhati-hati jika menderita gangguan pada ginjal dan hati.
  • Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
Dosis Allopurinol

Untuk dewasa, dosis biasanya akan diberikan sebanyak 100-600 mg tiap hari. Dosis akan disesuaikan dengan kondisi yang diobati, tingkat keparahannya, dan respons tubuh terhadap obat.  Pada pasien anak-anak, dosis juga akan disesuaikan dengan berat badan mereka.

Mengonsumsi Allopurinol dengan Benar

Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada kemasan allopurinol sebelum mulai mengonsumsinya. Allopurinol sebaiknya dikonsumsi sesudah makan dan minumlah cukup air saat menelan tablet ini. Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya. Usahakan untuk mengonsumsi allopurinol pada jam yang sama tiap hari untuk memaksimalisasi efeknya. Bagi pasien yang lupa mengonsumsi allopurinol, disarankan segera meminumnya begitu teringat jika jadwal dosis berikutnya tidak terlalu dekat. Jangan menggandakan dosis pada jadwal berikutnya untuk mengganti dosis yang terlewat. Biasanya pengobatan dengan allopurinol dilakukan secara jangka panjang agar bisa efektif, yaitu sekitar dua hingga tiga bulan. Oleh sebab itu penting untuk minum allopurinol tiap hari sesuai jangka waktu yang ditetapkan oleh dokter, terkecuali Anda merasakan efek samping yang sangat mengganggu. Agar hasilnya maksimal, pengobatan juga sebaiknya dikombinasikan dengan gaya hidup sehat, misalnya seperti mengonsumsi makanan sehat, menghindari minuman dengan kadar gula atau alkohol yang tinggi, dan berusaha menjaga berat badan sehat.

Kenali Efek Samping dan Bahaya Allopurinol

Sama seperti obat-obat lain, allopurinol juga berpotensi menyebabkan efek samping. Efek samping yang jarang tapi dapat terjadi adalah ruam pada kulit. Jika Anda mengalami efek samping yang sangat mengganggu, hubungi dokter yang meresepkan obat.

Amoxicillin

Pengertian Amoxicillin

Amoxicillin adalah salah satu jenis antibiotik penisilin yang digunakan untuk mengatasi berbagai jenis bakteri. Misalnya, amoxicillin digunakan untuk mengobati infeksi pada saluran pernapasan, saluran kemih, dan telinga. Selalu konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi amoxicillin.

Amoxicillin hanya berfungsi untuk mengobati infeksi bakteri dan tidak berdampak pada infeksi virus. Obat ini membunuh bakteri dengan cara menghambat pembentukan dinding sel bakteri .


Tentang Amoxicillin

Jenis obatAntibiotik penicillin
ManfaatMengatasi infeksi akibat bakteri terutama pada:
  • Sistem pernapasan
  • THT (Telinga, hidung dan tenggorokan)
  • Sistem pencernaan
  • Sistem saluran kemih
  • Sistem reproduksi wanita
  • Meninges
  • Kulit dan jaringan lunak
  • Infeksi gonore
Dikonsumsi olehDewasa dan anak-anak
Nama lainAmoxycillin, Amox
Bentuk obatKapsul, cairan oral, bubuk dan suntik

Amoxicillin adalah jenis obat keras memerlukan resep dokter. Obat ini juga bisa digabungkan dengan obat lain Ada banyak jenis dan merek obat-obatan yang mengandung amoxicillin. Ingat untuk membaca kandungan di dalamnya pada bungkus obat yang Anda beli.
 
Peringatan:
  • Jangan minum obat ini jika Anda alergi terhadap penisilin.
  • Bagi wanita yang sedang mengandung atau sedang menyusui, pastikan untuk membicarakan dengan dokter sebelum mengonsumsi amoxicillin.
  • Jika Anda menjalani vaksinasi apa pun, pastikan memberi tahu dokter bahwa Anda sedang mengonsumsi amoxicillin karena amoxicillin dapat berdampak pada keefektifan vaksin.
  • Jika Anda sedang mengonsumsi pil kontrasepsi dan mengalami muntah-muntah akibat amoxicillin, gunakan alat pengaman tambahan seperti kondom.
  • Harap berhati-hati bagi penderita gangguan ginjal dalam mengonsumsi obat ini.
  • Amoxicillin sebaiknya tidak dikonsumsi oleh penderita demam kelenjar karena dapat menyebabkan ruam.
  • Jika terjadi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
Dosis Amoxicillin

Dokter yang akan menentukan dosis dan lama konsumsi amoxicillin berdasarkan infeksi yang terjadi, tingkat keparahannya, dan respons tubuh. Umumnya dosis amoxicillin per hari berkisar antara 500-1500 mg untuk 7-14 hari. Khusus untuk infeksi gonore, 3 gram amoxicillin hanya perlu diminum sekali. Bagi anak-anak, dosis juga akan berdasarkan berat badan.

Mengonsumsi Amoxicillin dengan Benar

Pastikan untuk membaca petunjuk pada bungkus obat dan mengikuti anjuran dokter dalam mengonsumsi amoxicillin. Jangan mengubah dosis amoxicillin kecuali disarankan oleh dokter Anda. Jaga jarak waktu antara satu dosis amoxicillin dengan dosis berikutnya secara teratur. Amoxicillin bisa dikonsumsi sebelum atau sesudah makan. Khususnya untuk amoxicillin bubuk, campurkan dengan setengah gelas air dan minum secepatnya setelah diaduk. Pastikan Anda menghabiskan dosis yang sudah diberikan oleh dokter. Hal ini dilakukan untuk mencegah munculnya kembali infeksi. Jika masih belum sembuh setelah mengonsumsi semua dosis yang diresepkan, kembali temui dokter. Jika tidak sengaja melewatkan dosis amoxicillin, segera minum begitu teringat jika jadwal dosis berikutnya tidak terlalu dekat. Jangan mengganti dosis yang terlewat dengan menggandakan dosis amoxicillin pada jadwal berikutnya.

Kenali Efek Samping dan Bahaya Amoxicillin

Walau jarang, amoxicillin berpotensi menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan. Jelaskan pada dokter jika Anda mengalami efek samping yang berkepanjangan dan beritahu obat yang Anda konsumsi.
Beberapa efek samping yang mungkin terjadi adalah:
Segera hubungi dokter jika Anda mengalami ruam, pembengkakan pada wajah atau mulut, atau kesulitan bernapas. Ini mungkin pertanda Anda alergi terhadap antibiotik jenis ini. Segera hentikan penggunaan amoxicillin dan pergilah ke rumah sakit terdekat.

Acyclovir Oral

Pengertian Acyclovir Oral

Acyclovir adalah salah satu obat antivirus yang digunakan untuk mengobati infeksi virus seperti varisela zoster dan herpes simpleks. Varisela zoster adalah virus yang menyebabkan munculnya herpes zoster atau cacar api. Sedangkan virus herpes simpleks menyebabkan terjadinya penyakit herpes genital dan cold sore atau luka melepuh di sekitar bibir. Acyclovir tidak bisa menghilangkan virus sepenuhnya dari tubuh. Obat ini berfungsi untuk mencegah penyebaran dan perkembangan infeksi virus. Selain itu, obat ini juga berguna untuk mencegah terjadinya infeksi akibat virus.

Tentang Acyclovir

Jenis obatAntivirus
GolonganObat resep
Manfaat
  • Mengobati infeksi virus varisela zoster
  • Mengobati dan mencegah infeksi virus herpes simpleks
Dikonsumsi olehDewasa dan anak-anak
Nama lainAcyclovir, ACV, acycloguanosine
BentukTablet, obat larut dan obat cair untuk diminum

Penggunaan acyclovir memerlukan resep dokter. Pastikan untuk mengikuti resep yang disarankan oleh dokter menurut kondisi kesehatan Anda.

Peringatan:
  • Bagi wanita hamil, menyusui atau yang mencoba memiliki anak, sesuaikan anjuran dokter tentang pemakaian obat ini.
  • Tanyakan dosis acyclovir untuk anak-anak kepada dokter.
  • Perbanyak minum air. Penting untuk menghindari dehidrasi saat mengonsumsi obat ini.
  • Obat ini tidak menghambat penyebaran herpes genital. Hindari berhubungan seksual saat serangan infeksi muncul atau kambuh.
  • Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
Dosis Acyclovir

Dosis acyclovir diresepkan berdasarkan jenis infeksi, tingkat keparahannya, kondisi kesehatan pasien dan respons terhadap obat. Untuk anak-anak, dosis juga akan tergantung pada umur atau berat badan mereka. Dosis acyclovir umumnya berada di antara 600-1000 mg per hari.

Mengonsumsi Acyclovir dengan Benar

Pastikan untuk membaca petunjuk pada kemasan obat dan mengikuti anjuran dokter dalam mengonsumsi acyclovir. Obat ini bekerja lebih maksimal jika langsung dikonsumsi ketika gejala awal muncul. Pastikan juga Anda menghabiskan dosis yang sudah diresepkan oleh dokter untuk mencegah kambuhnya infeksi. Jika infeksi tidak membaik setelah menyelesaikan dosis yang diresepkan, temui dokter.Obat ini bisa diminum sebelum atau sesudah makan. Ingat untuk mengonsumsi air yang banyak selama menggunakan obat ini untuk menjaga ginjal agar tetap berfungsi dengan baik.Pastikan ada jarak waktu yang cukup dan teratur antara satu dosis dengan dosis berikutnya. Usahakan untuk mengonsumsi acyclovir pada jam yang sama tiap hari untuk memaksimalisasi efeknya.Bagi pasien yang lupa mengonsumsi acyclovir, disarankan segera meminumnya begitu teringat jika jadwal dosis berikutnya tidak terlalu dekat. Jangan menggandakan dosis obat pada jadwal berikutnya untuk mengganti dosis yang terlewat. Jika mengalami masalah atau mencurigai mengalami overdosis, segera temui dokter.

Kenali Efek Samping  dan Bahaya Acyclovir

Reaksi orang terhadap sebuah obat berbeda-beda. Walau jarang terjadi, obat ini berpotensi menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Acyclovir dapat membuat kulit menjadi lebih sensitif terhadap cahaya matahari. Oleh karena itu, hindari terik matahari sebisa mungkin dan gunakan tabir surya. Beberapa efek samping lain yang bisa terjadi adalah:
Jika efek samping yang terjadi berkepanjangan atau mengalami reaksi alergi, disarankan untuk segera menemui dokter.

Sabtu, 15 Agustus 2015

Premenstrual syndrome

Apa sih Premenstrual Syndrome??

Premenstrual syndrome (PMS) juga disebut PMT atau ketegangan pramenstruasi adalah gejala fisik dan emosional yang berhubungan dengan siklus menstruasi wanita. Sementara bagian besar wanita usia subur (sampai 85%) melaporkan mengalami gejala fisik yang dialami berkaitan dengan fungsi ovulasi normal, seperti kembung atau nyeri payudara, definisi medis dari PMS terbatas pada suatu pola konsisten dari gejala emosional dan fisik yang terjadi hanya selama fase luteal dari siklus menstruasi yang dari "keparahan yang cukup untuk mengganggu beberapa aspek kehidupan". Secara khusus, gejala emosional harus hadir secara konsisten untuk mendiagnosa PMS. Gejala emosional dan fisik tertentu disebabkan PMS bervariasi dari wanita untuk wanita, tetapi pola individu setiap wanita gejala diprediksi, terjadi secara konsisten selama sepuluh hari sebelum menstruasi, dan lengkap baik sesaat sebelum atau segera setelah dimulainya menstruasi.

Hanya sebagian kecil wanita (2 - 5%) memiliki gejala pramenstruasi yang signifikan yang terpisah dari ketidaknyamanan normal yang terkait dengan mestruasi pada wanita sehat. Kultural, singkatan PMS secara luas dipahami dalam negara berbahasa inggris untuk merujuk pada kesulitan yang berhubungan dengan menstruasi, dan sigkatan yang sering digunakan bahkan dalam pengaturan santai dan sehari-hari, tanpa memperhatikan ketelitian medis. Dalam konteks ini, sindrom yang jarang disebut tanpa singkatan, dan konotasi dari referensi sering lebih luas dari definisi klinis. Gangguan dysphoric premenstrual (PMDD) adalah kondisi yang lebih parah, diposisikan sebagai gangguan kejiwaan yang mirip dengan depresi unipolar.

Gejala
  • Perasaan wanita tentang tubuhnya yang bertambah gemuk
    Peningkatan kadar hormon estrogen menyebabkan retensi cairan di dalam tubuh yang melebihi nilai normal. Retensi cairan adalah akibat dari peningkatan kadar hormon estrogen yang menyebabkan tubuh mengurangi jumlah cairan yang dikeluarkannya sehingga jumlah total cairan didalam tubuh bertambah dibandingkan normalnya.

    Kadar hormon estrogen mencapai puncaknya sekitar 14 sampai dengan 16 hari sebelum menstruasi berikutnya. Dengan demikian, harap dimaklumi apabila seorang istri merasa kurang percaya diri karena merasa lebih gemuk disaat - saat tersebut.


  • Sikap mudah marah dan mudah tersinggung
    Hal tersebut disebabkan hormon estrogen dan progesteron yang menurun dengan drastis sesaat sebelum terjadinya menstruasi. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, sistem reproduksi terkait erat dengan susunan syaraf pusat, termasuk otak. Oleh karena itu, perubahan hormonal yang mengatur sistem reproduksi kemungkinan juga akan berpengaruh pada kerja otak yang mengatur emosi dan mood (perasaan)

  • Tanda - tanda lain yang termasuk dalam gejala PMS, bergantung pada variasi atau keunikan dari setiap wanita.

    Hingga saat ini, gejala-gejala PMS yang banyak dialami belum sepenuhnya mampu dijelaskan secara ilmiah. Gejala lainnya yang banyak terjadi antara lain: nafsu makan yang meningkat serta nyeri punggung atau nyeri seluruh tubuh.

Apa yang menyebabkan Premenstrual syndrome?

Meskipun jinak dan tidak berbahaya ini mungkin debilitate seorang wanita dan menghambat beraktivitas hidup sehari-hari. Yang tepat penyebab PMS belum diidentifikasi. Ada banyak teori yang menjelaskan penyebab PMS. Beberapa ini termasuk gangguan hormon, perubahan-perubahan kimia di otak dan sebagainya.

Gangguan hormon

Telah ditunjukkan bahwa wanita dengan PMS sering bereaksi berbeda terhadap fluktuasi hormon wanita yang terjadi selama siklus haid. Peneliti berspekulasi bahwa berlebihan estrogen, progesteron kekurangan, peningkatan prolaktin, aldosterone peningkatan bisa berhubungan dengan gejala PMS.

Perubahan-perubahan kimia di otak

Bahan kimia tertentu di otak dapat juga memainkan peran dalam PMS. Ini termasuk kimia Rasul otak yang disebut serotonin. Kimia ini berfluktuasi selama siklus menstruasi. Kimia ini mengatur suasana hati dan orang-orang dengan gangguan serotonin dapat mengembangkan gangguan suasana hati dan depresi yang terkait dengan PMS. Serotonin rendah juga mengarah pada kelelahan, mengidam makanan dan kesulitan tidur.
Diet dan Sindrom pramenstruasi. Diet yang kaya akan garam, kafein, alkohol atau lemak juga dapat memperburuk gejala PMS. Garam berlebihan dalam diet juga menyebabkan retensi cairan.Rendah tingkat vitamin (seperti vitamin B6) dan mineral tertentu dianggap mempengaruhi PMS juga.

Penyebab lain dari Sindrom pramenstruasi


Penyebab lain dari PMS meliputi:

  • Latar belakang sosial, budaya tampaknya juga memainkan peran dalam risiko PMS.
  • Perempuan dengan sejarah keluarga kondisi, atau dengan tertentu biologis atau psikologis faktor-faktor
  • Sekitar 75-80% perempuan selama bertahun-tahun melahirkan anak mereka menderita dari PMS.
  • Wanita dengan sejarah keluarga depresi atau orang-orang dengan sejarah sebelumnya depresi setelah melahirkan disebut pasca-melahirkan depresi atau kelainan suasana hati.
  • Orang-orang dengan berat PMS juga mungkin memiliki gangguan kejiwaan yang disebut premenstrual dysphoric gangguan.
  • Stres emosional yang berlebihan, kecemasan dll dapat mengakibatkan diperparah gejala PMS.

Aritmia

Apa sih aritmia??

Aritmia merupakan masalah pada jantung yang terjadi ketika organ tersebut berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Hal ini disebabkan oleh impuls elektrik yang berfungsi mengatur detak jantung tidak bekerja dengan baik.

Ada empat jenis aritmia yang tergolong umum terjadi, di antaranya:
  • Bradikardia, yaitu suatu kondisi ketika jantung berdetak lebih lambat atau tidak teratur.
  • Takikardia supraventrikular, yaitu suatu kondisi ketika jantung berdenyut cepat secara tidak normal.
  • Fibrilasi atrium, yaitu suatu kondisi yang terjadi ketika detak jantung menjadi tidak teratur dan tingkat kontraksi organ tersebut sangat tinggi.
  • Fibrilasi ventrikel, yaitu suatu jenis aritmia yang dapat menyebabkan penderitanya kehilangan kesadaran atau kematian mendadak akibat detak jantung yang cepat dan tidak teratur.
Akibat detak jantung yang menjadi terlalu lambat, terlalu cepat, atau tidak teratur, penderita aritmia dapat mengalami gejala seperti berikut ini:
  • Lelah
  • Pusing
  • Sesak napas
  • Nyeri dada
  • Hampir pingsan atau bahkan pingsan
Segera temui dokter jika Anda tiba-tiba atau sering merasakan gejala-gejala seperti itu. Hal ini dimaksudkan agar dokter dapat mendiagnosis jenis artimia Anda secara cepat dan memberikan pengobatan yang tepat. Diagnosis juga sangat penting dilakukan untuk memastikan Anda tidak menderita jenis aritmia yang mematikan, seperti fibrilasi ventrikel.
Seseorang yang terserang gejala aritmia fibrilasi ventrikel dapat pingsan dalam waktu yang sangat cepat, atau bahkan kehilangan denyut dan tidak bernapas. Hal ini terjadi akibat tekanan darah merosot dan pasokan darah ke organ vital seperti otak, terhenti karena ketidakmampuan jantung memompa darah.
Jika secara kebetulan Anda mendapati seorang penderita aritmia mengalami hal tersebut, segera bawa ke rumah sakit terdekat atau hubungi ambulans. Jika Anda terlatih melakukan napas buatan atau CPR, lakukan metode tersebut sambil menunggu bantuan datang agar peluang hidup penderita tetap besar.

Penyebab aritmia

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami aritmia, di antaranya:
  • Stres
  • Polusi udara
  • Merokok
  • Penggunaan narkoba
  • Sengatan listrik
  • Efek samping obat-obatan
  • Terlalu banyak mengonsumsi kafein atau alkohol
  • Menderita gangguan kelenjar tiroid
  • Menderita diabetes
  • Menderita hipertensi atau tekanan darah tinggi
  • Terkena atau pernah kena serangan jantung
  • Menderita penyakit jantung koroner
  • Mengalami perubahan pada struktur jantung
Diagnosis aritmia

Beberapa jenis metode diagnosis yang biasa dilakukan untuk penyakit aritmia adalah:
  • Ekokardiogram. Pemeriksaan yang bertujuan mengevaluasi katup dan otot jantung untuk mendeteksi penyebab aritmia ini dilakukan dengan bantuan gelombang ultrasound.
  • Elektrokardiogram (EKG). Metode diagnosis ini bertujuan merekam aktivitas elektrik di dalam jantung dengan bantuan sejumlah alat yang disebut elektroda.
  • Tes latihan tekanan. Metode diagnosis ini dipadukan dengan elektrokardiogram. Di dalam tes tekanan, pasien akan diminta untuk melakukan latihan fisik, seperti mengayuh sepeda statis atau berjalan di atas treadmill. Kemudian tekanan darah dan denyut jantung pasien diteliti melalui monitor. Melalui tes tekanan ini, dokter dapat melihat seberapa jauh tingkat keteraturan irama jantung sebelum berubah oleh pengaruh aktivitas fisik tadi.
  • Monitor Holter. Tujuan pemeriksaan ini serta cara kerja alat yang dipakai sebenarnya serupa dengan elektrokardiogram. Namun bedanya alat yang bernama monitor Holter ini bisa dibawa pasien pulang agar dapat merekam aktivitas jantungnya selama dia melakukan rutinitas tiap hari.
  • Studi elektrofisiologi. Melalui metode ini, lokasi airtmia dan penyebabnya dapat diketahui dengan menggunakan teknik pemetaan penyebaran impuls listrik di dalam jantung. Dalam melakukan pemetaan, dokter akan memasukkan sebuah kateter yang dilengkapi elektroda ke beberapa pembuluh darah di dalam jantung. Selain untuk melihat lokasi dan penyebab aritmia, studi elektrofisiologi juga bisa digunakan serupa seperti metode tes tekanan. Caranya adalah dengan merangsang jantung berkontraksi pada tingkat yang dapat memicu perubahan detak dengan menggunakan elektroda tersebut.
  • Kateterisasi jantung. Metode ini menggunakan alat serupa studi elektrofisiologi, yaitu kateter. Namun pada kateterisasi jantung, pemeriksaan dilakukan dengan bantuan zat pewarna khusus dan X-ray guna mengetahui kondisi bilik, koroner, katup, serta pembuluh darah jantung.
Sebenarnya pada beberapa kasus, dokter dapat dengan mudah mendiagnosis aritmia melalui pemeriksaan denyut jantung biasa. Namun ada beberapa kondisi selain aritmia yang juga memiliki gejala yang sama. Karena itu untuk lebih memastikan pasien menderita aritmia serta penyebabnya, tes-tes yang lebih detil dilakukan. Diagnosis yang tepat juga akan membantu dokter memberikan pengobatan yang tepat.

Pengobatan aritmia

Ada sebagian pasien aritmia yang tidak membutuhkan pengobatan. Pengobatan biasanya diberikan dokter jika melihat gejala aritmia pasien berpotensi menjadi lebih buruk atau menyebabkan komplikasi. Jenis penanganan yang diberikan adalah:
  • Obat-obatan, misalnya seperti obat-obatan penghambat beta yang dapat menjaga denyut jantung agar tetap normal. Selain itu ada juga obat-obatan antikoagulan yang menurunkan risiko terjadinya penggumpalan darah dan stroke. Contoh obat antikoagulan adalah aspirin, warfarin, rivaroxaban, dan
  • Alat picu jantung dan implantable cardioverter defibrillator (ICD). Tujuan pemasangan alat ini adalah untuk menjaga detak jantung tetap normal pada kasus-kasus aritmia tertentu. Alat ini akan dipasang dokter di bawah kulit dada bagian atas. Ketika alat ini mendeteksi adanya perubahan ritme jantung, alat ini akan mengirim sengatan listrik pendek ke jantung guna menghentikan ritme yang tidak normal tersebut dan membuatnya kembali normal.
  • Kardioversi. Metode ini mungkin akan ditempuh oleh dokter jika suatu kasus aritmia tidak bisa ditangani oleh obat-obatan. Melalui metode kardioversi elektrik, dokter akan memberikan kejutan listrik pada dada Anda untuk mengembalikan denyut jantung normal. Tentu saja metode ini dilakukan dengan pemberian anestesi terlebih dahulu. Kardioversi elektrik biasanya diberikan pada kasus aritmia fibrilasi atrium dan takikardia supraventrikular.
  • Metode ablasi. Metode ini biasanya dipakai untuk mengobati aritmia yang letak penyebabnya sudah diketahui pasti. Melalui metode ablasi, dokter akan memasukkan sebuah kateter dengan panduan X-ray melalui pembuluh darah di kaki. Ketika kateter berhasil menemukan sumber gangguan ritme jantung, maka alat kecil itu akan merusak bagian kecil jaringan jantung tersebut.
Pencegahan aritmia

Aritmia merupakan masalah jantung yang dapat dicegah melalui langkah-langkah berikut ini:
  • Menghindari atau mengurangi stres.
  • Mengonsumsi makanan sehat.
  • Menjaga berat badan sehat.
  • Tidak sembarangan mengonsumsi obat tanpa petunjuk obat dari dokter, terutama obat batuk dan pilek yang mengandung zat stimulan pemicu jantung berdetak cepat.
  • Membatasi konsumsi minuman keras dan berkafein.
  • Tidak merokok.
  • Berolahraga secara teratur.
Komplikasi aritmia

Komplikasi terjadi jika aritmia membuat jantung tidak mampu memompa darah secara efektif. Jika aritmia tidak segera ditangani atau tidak mendapat penanganan yang tepat, maka dalam jangka panjang dapat mengarah kepada:
  • Gagal jantung
  • Stroke
  • Kematian

Attention Deficit Hyperactivity Disorder

Apa itu attention deficit hyperactivity disorder atau ADHD?

ADHD adalah gangguan jangka panjang yang menyerang jutaan anak dengan gejala-gejala yang dapat berlangsung hingga dewasa. Siapa saja memiliki kemungkinan untuk menderita ADHD, tapi kondisi ini umumnya dialami oleh orang-orang dengan gangguan belajar.

Beberapa gejala dalam perilaku yang dialami penderita ADHD meliputi sulit konsentrasi serta munculnya perilaku hiperaktif dan impulsif. Gejala-gejala ADHD umumnya terlihat sejak usia dini dan cenderung makin jelas ketika terjadi perubahan pada situasi di sekitar sang anak, misalnya mulai belajar di sekolah. Sebagian besar kasus ADHD terdeteksi pada usia 6-12 tahun. Anak-anak dengan ADHD cenderung rendah diri, sulit berteman, serta memiliki prestasi yang kurang memadai. ADHD cenderung lebih sering terjadi dan mudah terdeteksi pada laki-laki daripada perempuan. Contohnya anak laki-laki umumnya memiliki perilaku yang lebih hiperaktif sementara anak perempuan cenderung lebih diam, tapi sulit berkonsentrasi.

Diagnosis ADHD

Tidak semua anak yang sulit konsentrasi dan hiperaktif pasti menderita ADHD. Anak-anak yang sehat umumnya sangat aktif dan sering membuat orang tuanya kewalahan. Remaja juga demikian. Walau terlihat seperti tidak mendengarkan pembicaraan, berperilaku impulsif, serta perhatian mereka cenderung mudah teralihkan, mereka belum tentu mengidap ADHD. Oleh sebab itu, diagnosis ADHD membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak. Sejumlah pemeriksaan fisik serta psikologis dari dokter anak dan ahli psikiatri akan dijalani. Selain keluarga, pihak sekolah khususnya guru juga sebaiknya terlibat dalam proses ini. Sedangkan proses diagnosis pada penderita ADHD dewasa tergolong sulit. Diagnosis ADHD biasanya hanya bisa dipastikan jika penderita sudah mengalami gejala-gejala ADHD sejak masa kanak-kanak. Dokter dan ahli psikiatri juga akan melibatkan keluarga (khususnya orang tua), guru, serta kenalan pasien untuk menanyakan perilaku pasien saat masih anak-anak. Menurut para ahli, pasien tidak dianggap menderita ADHD jika gejala-gejala tersebut tidak dialaminya sejak masa kanak-kanak.

Gejala ADHD

Gejala-gejala ADHD umumnya terlihat sejak usia dini, yaitu sebelum usia enam tahun dan cenderung makin jelas ketika terjadi perubahan pada situasi di sekitar sang anak, misalnya mulai belajar di sekolah. Sebagian besar kasus ADHD terdeteksi pada usia 6-12 tahun dengan gejala yang meliputi:
  • Sulit berkonsentrasi.
  • Sulit mematuhi instruksi.
  • Cenderung terlihat tidak mendengarkan.
  • Mudah merasa bosan.
  • Tidak bisa diam atau gelisah.
  • Tidak sabar.
  • Sering lupa dan kehilangan barang, misalnya alat tulis.
  • Kesulitan dalam mengatur.
  • Sering tidak menyelesaikan tugas yang diberikan dan beralih-alih tugas.
  • Selalu bergerak atau sangat aktif secara fisik.
  • Bertindak tanpa berpikir panjang.
  • Kurang memahami bahaya atau konsekuensi buruk.
  • Sering memotong pembicaraan orang lain.
Berbeda dengan gejala-gejala ADHD pada anak-anak dan remaja yang mudah dikenali, gejala ADHD pada orang dewasa termasuk sulit dideteksi. Para pakar menduga bahwa gejala ADHD yang dialami seseorang saat dewasa berawal dari masa kanak-kanak. Gejala-gejala ADHD yang umumnya dialami anak-anak dan remaja di atas juga terkadang dialami oleh penderita dewasa, tapi dengan intensitas yang berbeda. Perilaku hiperaktif biasanya akan berkurang, sementara gejala sulit konsentrasi cenderung bertambah parah seiring meningkatnya tekanan hidup. Penderita ADHD dewasa umumnya akan mengalami masalah dalam pendidikan maupun pekerjaan, misalnya karena kemampuan organisasi yang buruk atau tidak bisa menentukan prioritas. Kehidupan dan hubungan sosialnya juga bisa terhambat, contohnya sulit memiliki teman atau pasangan. ADHD tidak akan memicu gangguan psikologis atau perkembangan lain. Tetapi kondisi ini biasanya dapat dialami bersamaan dengan beberapa gangguan lain seperti depresi, gangguan bipolar, serta gangguan obsesif kompulsif atau OCD. Jika menduga anak Anda mengalami sebagian besar gejala ADHD, sebaiknya segera membawanya ke dokter. Serangkaian pemeriksaan fisik serta psikologis akan dilakukan guna mendiagnosis jenis gangguan serta mengevaluasi pemicunya.

Penyebab ADHD

Penyebab ADHD belum bisa diketahui dengan pasti. Tetapi sejumlah penelitian menunjukkan bahwa risiko seseorang untuk menderita kondisi ini dapat disebabkan oleh kombinasi dari beberapa faktor.
  • Faktor keturunan. Memiliki ibu, ayah, atau saudara dengan kondisi yang sama atau gangguan mental lain.
  • Kelahiran prematur.
  • Kelainan pada struktur atau fungsi otak.
  • Kerusakan otak yang terjadi dalam kandungan atau usia dini.
  • Ibu yang menggunakan obat-obatan terlarang, mengonsumsi minuman keras, serta merokok selama masa kehamilan.
  • Ibu yang terpajan racun dari lingkungan sekitar, misalnya senyawa bifenil poliklorin (PCB).
  • Pajanan racun dari lingkungan sekitar pada masa anak-anak, misalnya timah yang terdapat dalam cat.

Faktor Risiko dalam ADHD

Penyebab ADHD belum diketahui dengan pasti. Tetapi sejumlah penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi tingkat risiko seseorang. Faktor-faktor risiko tersebut antara lain faktor keturunan, pengaruh kelainan pada sistem saraf pusat, serta pengaruh kelahiran prematur.

Penanganan ADHD

Meski tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, ada beberapa jenis obat serta terapi untuk ADHD yang dapat dipilih. Langkah-langkah penanganan ini dilakukan guna meringankan gejala sehingga penderita dapat menikmati hidup yang normal dan lebih berkualitas. Meski demikian, tidak ada jalan pintas untuk menangani ADHD. Dibutuhkan komitmen waktu, emosi, serta finansial untuk menemukan kombinasi metode penanganan ADHD yang tepat dan cocok untuk Anda atau anak Anda.

Penanganan dengan Obat-obatan

Meski tidak bisa menyembuhkan, obat-obatan dapat mengurangi gejala-gejala ADHD. Terdapat empat jenis obat yang biasa digunakan, yaitu methylphenidate, dexamfetamine, lisdexamfetamine, dan atomoxetine. Methylphenidate, dexamfetamine, dan lisdexamfetamine termasuk dalam golongan obat stimulan. Obat-obatan ini akan memicu peningkatan aktivitas otak, terutama pada bagian yang mengendalikan kemampuan konsentrasi dan perilaku. Efek obat-obat ini adalah penderita menjadi lebih tenang, kurang impulsif, dan bisa fokus. Methylphenidate umumnya digunakan untuk remaja dan anak-anak di atas enam tahun. Jika pasien tidak cocok dengan obat ini, dokter akan menggantinya dengan dexamfetamine. Sementara dexamfetamine dianjurkan untuk anak-anak di atas usia tiga tahun. Jika obat jenis stimulan tidak cocok untuk pasien, misalnya karena alasan kesehatan tertentu, dokter biasanya akan memberikan atomoxetine. Obat ini termasuk jenis selective noradrenaline reuptake inhibitor (SNRI). SNRI akan meningkatkan kadar senyawa noradrenalin dalam otak sehingga dapat membantu daya konsentrasi dan mengendalikan impuls. Atomoxetine bisa diresepkan untuk remaja dan anak-anak di atas enam tahun. Semua obat pasti memiliki efek samping, termasuk obat-obatan untuk ADHD. Beberapa efek samping yang umum terjadi saat menggunakannya adalah sakit kepala, tidak nafsu makan, dan gangguan pencernaan. Tetapi pengguna atomoxetine harus lebih waspada karena obat ini juga diduga dapat memicu efek samping yang lebih serius, yaitu memicu keinginan bunuh diri serta kerusakan hati. Pasien yang sudah menjalani langkah penanganan sebaiknya memeriksakan diri secara rutin ke dokter sampai gejala-gejala ADHD berkurang secara signifikan. Setelah kondisinya membaik pun, pasien tetap dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan secara berkala.

Penanganan Melalui Terapi

Selain obat, penanganan ADHD dapat dilengkapi dengan terapi. Metode ini juga berguna untuk menangani gangguan-gangguan lain yang mungkin menyertai ADHD, misalnya depresi. Jenis-jenis terapi yang dapat menjadi pilihan meliputi:
  • Terapi perilaku kognitif atau CBT (cognitive behavioural therapy). Terapi ini akan membantu penderita ADHD untuk mengubah pola pikir dan perilaku saat menghadapi masalah atau situasi tertentu.
  • Terapi psikologi. Penderita ADHD akan diajak untuk berbagi cerita dalam terapi ini, misalnya kesulitan mereka dalam mengatasi gejala-gejala ADHD dan mencari cara untuk mengatasi gejala.
  • Pelatihan interaksi sosial. Jenis terapi ini dapat membantu penderita ADHD untuk memahami perilaku sosial yang layak dalam situasi tertentu.
Orang-orang yang dekat dengan penderita ADHD seperti orang tua, saudara, serta guru juga membutuhkan pengetahuan serta bantuan agar dapat membimbing para penderita. Berikut ini beberapa jenis terapi dan pelatihan yang mungkin dapat berguna.
  • Terapi perilaku. Dalam terapi ini, orang tua serta perawat penderita ADHD akan dilatih untuk menyusun strategi guna membantu si penderita dalam berperilaku sehari-hari dan mengatasi situasi yang sulit. Misalnya dengan menerapkan sistem pujian untuk menyemangati pasien.
  • Program pelatihan dan pengajaran untuk orang tua. Selain membantu orang tua untuk lebih memahami perilaku penderita ADHD, langkah ini juga dapat memberikan gambaran tentang bimbingan spesifik yang dibutuhkan penderita.
ADHD memang tidak bisa disembuhkan, tapi diagnosis dan penanganan yang tepat sejak dini dapat membantu penderita dalam beradaptasi dengan kondisi dirinya.