Jumat, 01 November 2013

Apa yang perlu kita ketahui mengenai Virus H7N9



Pada tanggal 1 April 2013, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan 3 kasus virus influenza baru A (H7N9) pertama yang terjadi pada manusia di Cina. Hingga saat ini terhitung di seluruh China ada total 77 kasus virus H7N9 pada manusia, 16 orang di antaranya tewas. Sebagian besar kasus yang dilaporkan menderita penyakit pernapasan parah dan dalam beberapa kasus menyebabkan kematian. Hingga saat ini, tidak ada kasus H7N9 di luar China telah dilaporkan.

Virus H7N9 ini termasuk dalam kelompok virus influenza (flu) pada unggas (burung). Infeksi pada manusia yang disebabkan oleh "flu burung" memang jarang terjadi, akan tetapi beberapa kasus telah dilaporkan di masa lalu, dan yang paling sering terjadi adalah setelah terpapar unggas yang terinfeksi. Namun, ini adalah pertama kalinya bahwa subtipe flu burung (H7N9) telah ditemukan pada manusia. Virus ini sangat berbeda dari virus H7N9 lain yang sebelumnya ditemukan pada burung.
Hingga kini penyelidikan mengenai virus baru ini terus dilakukan oleh pihak berwenang China. Mereka melaporkan bahwa virus H7N9 telah terdeteksi pada unggas di daerah yang sama di mana infeksi pada manusia telah terjadi. Banyak kasus H7N9 pada manusia dilaporkan telah melakukan kontak dengan unggas. Namun beberapa kasus dilaporkan tidak pernah melakukan kontak dengan unggas. Kontak dekat (orang dekat) pasien yang dikonfirmasi H7N9 terus diikuti untuk melihat apakah ada penyebaran dari manusia ke manusia yang mungkin terjadi. Berdasarkan pengalaman dengan virus flu burung lainnya - terutama H5N1 – tidak akan mengejutkan bila ditemui penyebaran dari manusia ke manusia.
Yang paling penting, tidak ada penyebaran virus H7N9 dari orang ke orang yang telah ditemukan saat ini. Penyebaran virus dari orang ke orang yang terjadi secara berkelanjutan akan menyebabkan pandemi yang sangat menakutkan.
Virus H7N9 merupakan virus yang baru terjadi pada manusia, dan karenanya memiliki potensi untuk menyebabkan pandemi jika ia mampu berubah menjadi virus yang mampu menyebar dari orang-ke-orang secara mudah. Kabar baiknya, sejauh ini, virus H7N9 diketahui belum memiliki kemampuan untuk itu. Namun, virus influenza terus berubah dan ada kemungkinan bahwa virus ini bisa mendapatkan kemampuan tersebut.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun telah mengambil tindakan kesiapan rutin setiap kali virus baru dengan potensi pandemi diidentifikasi, termasuk mengembangkan virus vaksin kandidat untuk membuat vaksin jika dibutuhkan. Hingga saat ini, belum ada vaksin berlisensi H7 tersedia.
Meski kasus flu burung varian H7N9 belum ditemukan di Indonesia, bukan berarti masyarakat tak perlu waspada. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan menyatakan, penularan avian influenza H7N9 perlu diwaspadai, mengingat Indonesia dan China memiliki hubungan yang erat terutama dalam hal perdagangan.  

"Kemungkinan terjadi selalu ada. Apalagi Indonesia dan China memiliki hubungan perdagangan," kata Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI, Tjandra Yoga Aditama, Rabu (17/4/2013) seperti dikutip dari Kompas. 
Menurut Tjandra, jalur lalu lintas seperti bandar udara dan pelabuhan merupakan pintu utama. Oleh karena itu, dirinya menyarankan setiap pendatang, terutama dari China, yang mengalami keluhan batuk, demam, sesak napas, agar menghubungi kantor kesehatan pelabuhan atau bandara setempat. 
Kesehatan unggas sebagai vektor virus juga harus diperhatikan. 
Tjandra juga mengimbau masyarakat untuk bersama-sama memonitor kesehatan unggas di tiap wilayah. Terutama bila ditemukan kematian massal mendadak. Mayat unggas harus segera dikubur atau dibakar untuk mencegah virus menyebar. 
Masyarakat juga diminta aktif untuk melaporkan bila ditemukan kematian massal unggas mendadak. Pelaporan juga harus dilakukan bila ada yang mengalami sesak nafas, demam, dan batuk dengan lingkungan yang penuh unggas atau baru kembali dari China. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar